Dadici
दधीचि | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Dadici |
Ejaan Dewanagari | दधीचि |
Ejaan IAST | Dadhīci |
Nama lain | Dadyangga, Dadyanca |
Kitab referensi | Purana |
Kediaman | Tepi sungai Gangga |
Kasta | Brahmana |
Profesi | Resi |
Anak | Pipalada |
Dalam legenda dan mitologi Hindu, Dadici (Dewanagari: दधीचि; IAST: Dadhīci ) alias Dadyangga[1] atau Dadyanca,[2] adalah nama seorang resi, suami Lopamudra. Menurut Brahmapurana, pertapaannya terletak di tepi sungai Gangga. Kekuatan resi ini membuat para makhluk jahat tidak berani mendekatinya. Kisah-kisahnya muncul dalam Purana, dan disebut sebagai seorang pemuja Siwa yang taat.
Legenda
[sunting | sunting sumber]Karena kesaktian dan kesucian sang resi, para dewa menyimpan senjata mereka di asrama Resi Dadici. Para dewa berpesan bahwa mereka akan mengambil senjatanya kembali bila tiba waktu untuk menggunakannya. Setelah menyimpan seluruh senjata, para dewa kembali ke sorga.
Setelah seratus tahun berlalu, para dewa belum mengambil senjata mereka. Resi Dadici juga tidak tahu cara menjaga kesaktian senjata para dewa. Akhirnya sang resi merawat senjata itu dengan caranya sendiri. Sang resi mencuci senjata para dewa dengan air suci untuk menjaga kesuciannya. Tanpa disadari, air telah melarutkan kesaktian senjata itu. Kemudian sang resi meminumnya sehingga kesaktian senjata para dewa mengalir di tubuhnya. Tak lama setelah kesaktiannya terlarutkan, senjata para dewa sirna.
Pada suatu zaman, seorang raksasa bernama Wretasura menggemparkan dunia. Untuk mengalahkan raksasa tersebut, para dewa mengambil kembali senjata mereka yang disimpan di asrama Resi Dadici. Setelah sang resi menceritakan kejadian yang sebenarnya, para dewa terkejut. Akhirnya sang resi memberi solusi. Ia berjanji bahwa apabila ia meninggal, ia meminta agar tulangnya dibuat menjadi senjata. Setelah sang resi menyampaikan pesan terakhirnya, ia bermeditasi dengan sangat khusuk. Tak lama kemudian, ia meninggal.
Tulang-tulang Resi Dadici diserahkan kepada Wiswakarma untuk dibuat menjadi senjata. Dari tulang-belulang tersebut, terciptalah senjata Bajra yang akhirnya dimiliki oleh Indra, raja para dewa.[3][4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Mudholkar, V. V. (1971). Analytical Survey of Īśāvāsyopanis̲ad (dalam bahasa Inggris). Karnatak University. hlm. 197.
- ^ Knappert, Jan (1991). Indian Mythology: An Encyclopedia of Myth and Legend (dalam bahasa Inggris). Aquarian Press. ISBN 978-1-85538-040-0.
- ^ Vaswani, J. P. (2019-06-20). Stories with a difference from the Bhagavata Purana (dalam bahasa Inggris). Gita Publishing House. hlm. 69. ISBN 978-93-86004-23-9.
- ^ Ekadash Rudra Shiva. Harinesh Jain. hlm. 4. ISBN 978-81-7525-615-6.