Kekaisaran Songhai
Kekaisaran Songhai | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1464–1591 | |||||||||||
Kekaisaran Songhai (sekitar tahun 1500) | |||||||||||
Status | Kekaisaran | ||||||||||
Ibu kota | Gao | ||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Songhai | ||||||||||
Agama | Islam Agama tradisional Afrika | ||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||
Sonni; nantinya Askiya | |||||||||||
• 1464-1492 | Sonni Ali (first) | ||||||||||
• 1588-1591 | Askia Ishaq II (last) | ||||||||||
Sejarah | |||||||||||
• Songhai muncul di Gao | c.1000 | ||||||||||
• Songhai bebas dari Kekaisaran Mali | 1464 | ||||||||||
• Songhai memulai ekspansi militer | c.1460 | ||||||||||
• Dinasti Sonni dimulai | 1468 | ||||||||||
• Dinasti Sonni dijatuhkan oleh Dinasti Askia (Pertempuran Anfao) | 1493 | ||||||||||
1591 | |||||||||||
• Songhai mendirikan Kerajaan Dendi | 1592 | ||||||||||
Luas | |||||||||||
1500 | 1.400.000 km2 (540.000 sq mi) | ||||||||||
Mata uang | Cowry (emas, garam dan perunggu juga digunakan) | ||||||||||
| |||||||||||
Kekaisaran Songhai, juga disebut Kekaisaran Songhay, adalah negara Afrika pra-kolonial di Mali tengah dan timur. Dari awal abad ke-15 sampai akhir abad ke-16, Songhai merupakan salah satu kekaisaran di Afrika terbesar. Kekaisaran ini memiliki yang sama dengan grup etnis utamanya, Songhai. Ibu kota Songhai adalah Gao, tempat negara Songhai kecil telah eksis sejak abad ke-11. Basis kekuatannya berada di Sungai Niger.
Di bawah pemerintahan Sonni Ali, Songhai melampaui Kekaisaran Mali di bidang kekayaan dan kekuasaan, menaklukan wilayah Kekaisaran Mali dan mencapai puncak terbesarnya. Putranya dan penggantinya, Sonni Bāru (1492–1493), adalah penguasa kekaisaran yang kurang populer, kemudian digulingkan oleh Muhammad Ture (1493-1528; lalu disebut Askia) salah satu jenderal ayahnya, yang mereformasi politik dan ekonomi di seluruh kekaisaran.
Serangkaian insiden dan kudeta oleh penerus Askia menyebabkan kekaisaran mengalami penurunan dan ketidakstabilan. Kerabat Askia berusaha untuk memerintah kekaisaran, tetapi kekacauan politik dan beberapa perang saudara di dalam kekaisaran memperparah kemunduran, terutama selama pemerintahan brutal Askia Ishaq I (1539-1549). Kekaisaran tersebut mengalami periode stabilitas dan serangkaian keberhasilan militer pada masa pemerintahan Askia Daoud (1549-1582 / 1583). Ahmad al-Mansur, sultan Maroko pada saat itu, menuntut pemasukan pajak dari tambang garam kekaisaran.
Askia Daoud menanggapi dengan mengirimkan sejumlah besar emas sebagai hadiah dalam upaya untuk menenangkan sultan. Askia Ishaq II (1588-1591) naik ke tampuk kekuasaan dalam perjuangan dinasti yang panjang setelah kematian Askia Daoud. Dia menjadi penguasa terakhir kekaisaran. Pada 1590, al-Mansur mengambil keuntungan dari perselisihan sipil yang baru terjadi di kekaisaran dan mengirim pasukan di bawah komando Judar Pasha untuk menaklukkan Songhai dan untuk mendapatkan kendali atas rute perdagangan Trans-Sahara. Setelah kekalahan telak di Pertempuran Tondibi (1591) Kekaisaran Songhai runtuh. Kerajaan Dendi menggantikan kekaisaran sebagai kelanjutan dari budaya dan masyarakat Songhai.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Cissoko, S. M., Timbouctou et l'empire songhay, Paris 1975.
- Hunwick, J., Timbuktu and the Songhay Empire, Leiden 2003.
- Lange, D., Ancient Kingdoms of West Africa, Dettelbach 2004 (the book has a chapter titled "The Mande factor in Gao history", pp. 409-544).
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- The Story of Africa: Songhay — BBC World Service