Jembatan Pasupati
Jembatan Pasupati | |
---|---|
Koordinat | 6°53′56″S 107°36′22″E / 6.899°S 107.606°E |
Lokal | Jawa Barat |
Nama resmi | Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja |
Karakteristik | |
Panjang total | 2,8 km |
Lebar | 30–60 m |
Sejarah | |
Mulai dibangun | 2001 |
Selesai dibangun | 2005 |
Dibuka | 26 Juni 2005 |
Lokasi | |
Koordinat: 6°53′42″S 107°36′24″E / 6.89500°S 107.60667°E |
Jembatan Pasupati atau Jalan Layang Pasupati dan Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja adalah sebuah jembatan yang menghubungkan bagian utara dan timur Kota Bandung melewati lembah Cikapundung. Panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30–60 m.[1] Sebagian jalan itu dibangun di atas Jalan Pasteur, adalah jalan lama dengan pohon palm raja disebelah kanan dan kirinya yang menjadi ciri kota Bandung.[2] Jalan Layang Pasupati juga menjadi salah satu ikon Kota Bandung. Oleh karena itu, pada malam hari bagian tengah Jembatan Pasupati diterangi lampu sorot warna-warni.[3] Jalan layang ini membuat arus lalu lintas dari wilayah sekitar Jabodetabek ke Bandung menjadi lebih mudah. Di bawah Jembatan Pasupati terdapat taman yang bernama Taman Pasupati. Pada 1 Maret 2022, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meresmikan penamaan jalan dari Jembatan Layang Pasupati menjadi Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja untuk menghormati jasa dari akademisi asal Universitas Padjadjaran sekaligus mantan menteri luar negeri di bawah pemerintahan Soeharto bernama Mochtar Kusumaatmadja[4]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Jalan layang (flyover) Pasupati merupakan nama jalan layang di daerah Bandung. Nama Pasupati ini pengganti dari nama sebelumnya Paspati yang dalam artian Sunda “pas mati”. Pasupati merupakan singkatan dari Jalan Pasteur dan Jalan Surapati.[5] Jalan layang Pasupati secara historis sudah terancang oleh arsitek Ir. Karsten. Arsitek wilayah ini pada tahun 1920-an sudah menyimpan dasar-dasar rancangan kota Bandung. Sampai ke sepuluh tahun selanjutnya, dari tahun 1931, rancangan itu masih tetap jadi obsesi sebagaimana program Autostrada yang menghubungkan missing link Jalan Pasteur (Pasteurweg) dan Jalan Ir. H. Djuanda (Dagoweg).[6] Pembangunan jembatan ini dibiayai melalu hibah dana dari pemerintah Kuwait. Setelah sempat beberapa tahun tidak terlaksana, akhirnya pada tanggal 26 Juni 2005 uji coba pertama sudah dilakukan.
Struktur
[sunting | sunting sumber]Jalan layang Pasupati merupakan jalan layang pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi anti gempa. Perangkatnya yang disebut lock up device (LUD) dibuat di Prancis, sebuanya jumlahnya 76 buah. Jembatan ini secara keseluruhan menggunakan 663 unit segmen yang ditopang oleh 46 tiang. Setiap segmen beratnya 80 ton sampai ke 140 ton. Yang menarik, jembatan ini dilengkapi dengan jembatan cable stayed sepanjang 161 meter yang melintang di atas lembah Cikapundung. Cable stayed merupakan jembatan tanpa kaki. Kekuatan jembatan itu ditopang oleh 19 kabel baja yang terdiri dari 10 kabel sebelah barat dan 9 kabel sebelah timur. Setiap kabel isinya 91 kabel kecil yang masing-masing kabel kecil itu terdiri dari tujuh kabel yang lebih kecil lagi. Sepuluh kabel yang dipasang di sebelah barat dibuat berpasangan.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Maret 2016. Diakses tanggal 12 April 2014.
- ^ Suganda, Her.2007. Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- ^ http://www.merdeka.com/peristiwa/indahnya-bandung-kini-lampu-warna-warni-hiasi-jembatan-pasupati.html
- ^ Hadi, Fadjar; Rasyad, Rachmadi (1 Maret 2022). "RK Ungkap Alasan Ganti Nama Jalan Layang Pasupati Jadi Mochtar Kusumaatmadja". Kumparan. Diakses tanggal 9 Maret 2022.
- ^ Affandy, Frances B., Andi Abubakar.2003. Potrait of West Java Heritage (Potret Pusaka Jawa Barat). Bandung: Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung, Dinas Kabudayaan jeung Pariwisata Jawa Barat.
- ^ a b Hardjasaputra, A. Sobana.2000. Bandung, Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat. Jatinangor: Alwaprint.