Ekabahasa
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Ekabahasa adalah kemampuan menggunakan hanya satu bahasa, berbeda dengan multibahasa.
Ekabahasa dihubung-hubungkan dengan kemampuan menulis, memahami kamus, atau percakapan yang dilakukan hanya dengan satu bahasa, dan juga tempat di mana satu bahasa itu resmi (apalagi jika disandingkan dengan individu penutur dwibahasa atau multibahasa). Ekabahasa juga dipahami sebagai kurangnya kemampuan berbicara dengan lebih bahasa. Penutur multibahasa lebih banyak di dunia dibanding penutur ekabahasa.
Suzanne Romaine menuturkan dalam bukunya Dwibahasa, bahwa tidak ada buku dengan judul Ekabahasa. Ini mencerminkan asumsi yang dianut teori kebahasaan: ekabahasa adalah norma penggunaan bahasa. Ekabahasa jarang dibahas sebagai kajian ilmiah, karena tergolong tidak dipikirkan, dan hal yang lumrah menemukan penutur ekabahasa.
Asumsi tersebut juga disandingkan dengan penutur basantara, seperti bahasa Inggris. David Crystal (1987) menyebut asumsi ini banyak dipakai oleh orang Barat. Satu penjelasan oleh Edwards, mencatut bahwa "pola pikir ekabahasa" dapat ditelaah ke Eropa abad ke-19, saat suatu bangsa bangkit dan dominan dibanding bangsa lain, pola pikir akan penggunaan ekabahasa dapat dilanggengkan, seperti bahasa yang diresmikan di wilayah jajahannya.
Penjelasan lain adalah negara yang menuturkan bahasa Inggris merupakan “penyusun dan pemanfaat bahasa Inggris sebagai basantara”, penduduk di negara ini pun cenderung ekabahasa.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Kedwibahasaan, kemampuan menuturkan dua bahasa dengan fasih.
- Multibahasa, penutur dan masyarakat penutur aneka bahasa (terlepas dari kefasihan)
- Imperialisme bahasa, pemindahan bahasa yang paling berpengaruh kepada bangsa atau masyarakat lain
Rujukan
[sunting | sunting sumber]Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Bialystok, E.; Craik, F.; Luk, G. (2012). "Bilingualism: Consequences for mind and brain". Neuropsychology & Neurology, Linguistics & Language & Speech. 16 (4): 240–250. PMC 3322418 . (dalam bahasa Inggris)
- Core, C.; Hoff, E.; Rumiche, R.; Senor, M. (2011). "Total and conceptual vocabulary in Spanish–English bilinguals from 22 to 30 months: Implications for assessment". Journal of Speech, Language, and Hearing Research. 56 (5): 1637–1649.
- Kapa, L.; Colombo, J. (2013). "Attentional control in early and later bilingual children". Cognitive Development. 28 (3): 233–246. doi:10.1016/j.cogdev.2013.01.011. PMC 4044912 . PMID 24910499.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Ekabahasa dan Ibrani Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine. oleh Jose Faur, membedakan orang Yunani ekabahasa dengan poliglot Ibrani (dalam bahasa Inggris)