Lompat ke isi

Bharata (Ramayana)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bharata (Sanskerta: भरट; Bharaṭa) adalah tokoh protagonis dari wiracarita Ramayana. Ia adalah putera prabu Dasarata dengan permaisuri Kekayi, dan merupakan adik Rama. Konon Bharata adalah raja dari golongan Suryawangsa yang sangat baik dan bijaksana setelah Rama. Menurut pandangan Hindu, Bharata lahir dari aspek Sudarshana Chakra yang terletak di tangan kanan Dewa Wisnu.

Kelahiran dan keluarga

[sunting | sunting sumber]

Bharata merupakan putera dari Kekayi, istri ketiga Raja Dasarata dari Ayodhya. Ia memiliki tiga saudara lelaki, yang sulung bernama Rama dari permaisuri Kosalya, dan yang bungsu adalah si kembar Laksmana dan Satrugna dari permaisuri Sumitra. Bersama dengan saudaranya yang lain, Bharata dididik oleh Resi Wasistha. Meskipun Ramayana mendeskripsikan bahwa keempat putera Dasarata tersebut saling menyayangi satu sama lain, umumnya Satrugna cenderung dekat dengan Bharata sementara Laksmana dekat dengan Rama. Saat Bharata dewasa, ia menikah dengan Mandawi yang merupakan saudara sepupu Sita, dan juga merupakan puteri saudara Raja Janaka yang bernama Kusadwaja. Dengan Mandawi, Bharata memiliki dua putera bernama Taksa dan Puskala.

Pembuangan Rama

[sunting | sunting sumber]

Dalam Ramayana diceritakan bahwa Dewi Kekayi memohon agar Prabu Dasarata menyerahkan tahta kerajaan kepada Bharata, walaupun sebenarnya Dasarata hendak menyerahkannya kepada Rama. Bharata tidak mengetahui hal tersebut dan sedang menginap di rumah pamannya di Kerajaan Kekaya yang jauh dari Ayodhya. Ketika Bharata pulang ke Ayodhya atas desakan para menterinya, ia mendapati bahwa Rama pergi meninggalkan kerajaan bersama Sita dan Laksmana. Mengetahui hal tersebut, ia bertanya kepada ibunya, yaitu Kekayi. Kekayi kemudian menjelaskan bahwa Bharata-lah yang kini berhak menjadi raja setelah Dasarata wafat.

Karena mengetahui usaha kejam yang dilakukan ibunya agar Dasarata mengusir Rama, Bharata marah dan tidak bersedia untuk memerintah kerajaan ayahnya. Lalu ia menyusul Rama ke hutan. Di hutan, Rama menolak untuk kembali ke istana sebagai pewaris kerajaan, dan berjanji setelah 14 tahun ia akan kembali lagi dan memerintah kerajaan. Ia menasihati Bharata agar mau memerintah Ayodhya dengan bijaksana. Kemudian Bharata kembali ke istana sambil membawa sandal Rama. Di atas singasana, ia meletakkan sandal Rama sebagai lambang bahwa ia memimpin kerajaan atas nama Rama.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Menurut catatan sejarah dalam susastra Hindu, Bharata memerintah dua wilayah di wilayah Asia Tengah, Barat dan Selatan. Di Asia Selatan atau Anakbenua India, pusat pemerintahannya terkenal sebagai Ayodhya, sedangkan di Asia Barat dan Tengah, wilayah kekuasaannya berpusat di Takshshila atau Takshshiladesa.

Pemerintahan di Ayodhya

[sunting | sunting sumber]

Saat Rama mengasingkan diri di hutan selama 14 tahun, Bharata memerintah Ayodhya. Ia meletakkan sandal Rama sebagai lambang bahwa ia memerintah atas nama Rama. Selama Bharata memerintah, Ayodhya menjadi makmur dan sejahtera. Selama itu pula, Bharata merindukan kedatangan Rama. Ia masih tidak bisa mema'afkan Kekayi yang telah membuang Rama, namun ia sangat menyayangi Kosalya dan Sumitra yang merupakan ibu tirinya.

Pemerintahan di Takshshila

[sunting | sunting sumber]

Menurut susastra Hindu, Bharata menaklukkan suku Gandharwa dan membangun kerajaan baru yang mana pada masa sekarang meliputi wilayah Punjab, Pakistan, Afganistan, dan sebagian wilayah Asia Tengah. Konon ibu kota Uzbekistan yang disebut Tashkent berasal dari kata "Takshishila." Di zaman sekarang, kota di India yang bernama Takshila menjadi bukti pemerintahan Bharata.

Kembalinya Rama

[sunting | sunting sumber]

Setelah Rama menjalani masa pembuangan selama 14 tahun, ia kembali ke Ayodhya bersama dengan Sita, Laksmana, Hanoman, dan para wanara. Rama mengutus Hanoman untuk memperingatkan Bharata agar segera menyiapkan upacara penyambutan. Saat Rama hendak menobatkan Yuwaraja kepada Laksmana karena kesetiaannya selama mereka hidup di hutan, Laksmana menolak hadiah tersebut dan berkata bahwa Bharata lebih pantas mendapatkannya mengingat kebajikannya sangat tinggi untuk mewakili Rama memerintah di Ayodhya.

Ahir riwayat

[sunting | sunting sumber]

Pada saat Rama hendak pensiun dari pemerintahannya sebagai Raja Ayodhya, Bharata dan Satrugna mengikuti jejaknya. Ketika Rama pergi ke tengah sungai Sarayu, ia berubah wujud menjadi Mahawisnu. Bharata dan Satrugna menyusulnya ke tengah sungai, kemudian mereka bersatu dengan tubuh Mahawisnu.