Lompat ke isi

9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia
Sutradara
Produser
Ditulis oleh
SinematograferSidi Saleh
Tran Hoai Nam
Joedith Tjhristianto
PenyuntingKim Jae Rim
Herman Kumala Panca
Astu Prasidya
DistributorProyek Payung
Tanggal rilis
13 Mei 2008
Durasi115 menit
NegaraIndonesia Indonesia

9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia adalah film Indonesia yang dirilis pada 13 Mei 2008. Film ini merupakan film antologi yang terdiri dari 10 film dengan sutradara Anggun Priambodo, Ariani Darmawan, Edwin, Hafiz Rancajale, Ifa Isfansyah, Lucky Kuswandi, Otty Widasari, Ucu Agustin, Steve Pillar Setiabudi, dan Wisnu Surya Pratama.

Sejumlah pekerja film dari beragam latar belakang (dokumenter, feature, film pendek, dll), musisi dan pekerja seni lainnya bergabung secara swadaya untuk memperingati satu dekade reformasi (1998-2008) dengan membuat sejumlah film pendek yang dilatarbelakangi oleh peristiwa Mei ‘98. Proyek ini ditujukan sebagai upaya membuka dialog terutama dengan kalangan muda (pelajar/mahasiswa, umum) mengenai penolakan untuk melupakan sejarah serta pemberdayaan masyarakat untuk menyampaikan sesuatu (dalam hal ini melalui medium audio visual).

Proyek ini mengumpulkan antologi sepuluh film pendek dari genre yang beragam dan diproduksi secara mandiri oleh kru yang terpisah. Antologi ini diputar berkeliling ke berbagai kelompok/komunitas. Setiap satu kelompok pemutaran diikuti dengan 1 (satu) kali diskusi. Antologi ini juga terpilih untuk diputar oleh festival-festival internasional di berbagai negara.[1][2][3]

Segmen film

[sunting | sunting sumber]

Di Mana Saya

[sunting | sunting sumber]

Di Mana Saya menceritakan tentang pengalaman sejumlah orang saat puncak peristiwa Mei 1998 terjadi. Menggunakan foto-foto dari si pencerita yang diambil di era kejadian tersebut.

Sugiharti Halim

[sunting | sunting sumber]

Sugiharti Halim menceritakan tentang "Apa artinya sebuah nama?" Bagi Sugiharti Halim, ternyata nama berarti sejumlah pertanyaan panjang. Kadang kocak, kerap menjengkelkan, dan yang jelas penuh kontradiksi: Apa benar seseorang perlu nama ‘asli’? Apa betul nama bisa dijual? Apa iya identitas bisa disamarkan di balik sebuah nama? Sugiharti Halim menawarkan sebuah cara pandang yang jenaka, ‘nyelekit’, sekaligus kontekstual untuk ditilik lagi hari ini.

Trip To The Wound

[sunting | sunting sumber]

Trip To The Wound menceritakan tentang pembicaraan tentang bekas luka di tubuh yang menguak luka di hati.

Bertemu Jen

[sunting | sunting sumber]

Bertemu Jen menceritakan tentang “Hidup telah memberikan banyak waktu, tapi gue tidak pernah memanfaatkan waktu itu untuk hidup gue.” Jen adalah orang biasa yang punya mimpi dan cita-cita. Tapi waktu telah banyak menggerus diri Jen. Banyak yang terlewatkan. Namun, apa yang sebenarnya dilakukan Jen dalam sepuluh tahun terakhir? Perubahan rezim tak banyak mengubah hidupnya. Peristiwa sepuluh tahun silam hanyalah kenang-kenangan visual seperti saat dia hadir di hadapan Jen. Kenangan itu hanya menjadi ‘film’ ingatan tentang sebuah peristiwa.

Huan Chen Guang

[sunting | sunting sumber]

Huan Chen Guang menceritakan tentang perempuan China yang bernama Chen Guang, berusia 21 tahun dan tinggal di Beijing. Ibunya yang warga Indonesia wafat saat terjadi kerusuhan di bulan Mei 1998 di Jakarta. Sejak saat itu Chen Guang senantiasa mencoba menghapus keperihan yang menghantuinya dan iapun tiba di Korea. Di sana ia berjumpa dengan seorang gadis Cina seusianya. Perjalanan keduanya pun dimulai. Akankah Chen Guang menemukan kebahagiaan yang dicarinya?

A Letter of Unprotected Memories

[sunting | sunting sumber]

A Letter of Unprotected Memories menceritakan tentang sang sutradara mengajak kita serta ke dalam sebuah perjalanan personal yang dialaminya ketika Imlek kini menjadi ‘tanggalan merah’. Perayaan hari istimewa itu senantiasa membawanya kembali ke masa kecilnya saat perayaan Imlek masih dilarang, dan beragam keunikan perayaan Imlek di kalangan terdekatnya, baik dulu maupun sekarang, serta pertanyaan besar yang terus diajukannya tiap kali Imlek tiba.

Kemarin menceritakan tentang sang sutradara dan dua sahabat lamanya, pasangan bernama Bonet dan Bambang telah saling mengenal selama lebih dari satu dekade. Dalam "Kemarin" Otty mengundang kita terlibat ke dalam perbincangan akrab antara Bonet, Bambang, dan dirinya mengenai apa makna dari perjalanan dinamika persahabatan selama puluhan tahun itu. Apakah 10 tahun berarti impian yang sama? Apakah mereka telah menemukan pasangan hidupnya? Menggabungkan gambar yang diambil dari hari-hari silam dengan gambar yang direkam mereka saat pembuatan film, Otty menawarkan keintiman yang jarang terlihat di film-film biasa.

Yang Belum Usai

[sunting | sunting sumber]

Yang Belum Usai menceritakan tentang Perjalanan Ibu Sumarsih, ibunda dari Wawan salah seorang mahasiswa yang tertembak mati sepuluh tahun silam masih berlanjut. Entah kapan ia dan sejumlah orangtua lainnya bisa memperoleh keadilan. Setiap Kamis, Ibu Sumarsih bersama para orangtua lainnya mengadakan aksi Kamisan, tanpa peduli keadaan cuaca. Akankah saatnya tiba baginya untuk menghentikan perjuangan?

Sekolah Kami, Hidup Kami

[sunting | sunting sumber]

Sekolah Kami, Hidup Kami menceritakan tentang sang sutradara ingin menguji kadar kesadaran politik para subjeknya yang masih belia, murid-murid kelas tiga SMA yang akan segera menapak ke Perguruan Tinggi juga menjadi para pemilih di PEMILU 2009. Dalam perkembangannya, para murid kelas tiga di sebuah SMA di Solo ternyata tak hanya bermimpi di siang hari tanpa melakukan apa-apa untuk mewujudkan perubahan, mereka dengan cara yang matang dan sistematis berhasil mengumpulkan sejumlah bukti praktik korupsi yang selama ini berlangsung di sekolah mereka. Dan inilah titik balik bagi para remaja itu dalam memahami di mana letaknya masa depan yang lebih baik bila bukan di tangan mereka sendiri.

Kucing 9808, Catatan Seorang (Mantan) Demonstran

[sunting | sunting sumber]
  • Sutradara: Wisnu Surya Pratama
  • Produser: -
  • Penulis: -
  • Pemeran: Wisnu Surya Pratama
  • Durasi: 11 menit

Kucing 9808, Catatan Seorang (Mantan) Demonstran menceritakan tentang kejadian pada April 1998 Wisnu ‘Kucing’ Suryapratama dikenal sebagai salah satu aktivis KA KBUI (Kesatuan Aksi Keluarga Besar UI). Dia adalah koordinator acara Posko KA KBUI yang mengatur jalannya hampir semua aksi demonstrasi KBUI dari awal sampai akhir. April 2008, seorang Wisnu sekarang telah menjadi bapak, pekerja film freelance, suami dengan segala kesibukan pribadinya. Masih adakah sisi demonstran dalam dirinya?

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Laman 9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia[pranala nonaktif permanen], diakses pada 5 Juli 2011
  2. ^ "9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia (2008)". filmindonesia.or.id. Diakses tanggal 2022-09-01. 
  3. ^ "10th Year of Indonesian Reform". 10th Year of Indonesian Reform (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-01. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]