Jump to ratings and reviews
Rate this book

Dilan #1

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

Rate this book
The command is beautiful if it is not for you. Maybe you chose the wrong pair

332 pages, Paperback

First published April 1, 2014

About the author

Pidi Baiq

21 books1,429 followers
Pidi Baiq adalah seorang seniman yang punya banyak kelebihan. Selain sebagai seorang musisi dan pencipta lagu, ia juga seorang penulis, ilustrator, pengajar dan komikus.
Pidi Baiq mengaku imigran dari surga yang diselundupkan ke Bumi oleh ayahnya di Kamar Pengantin dan tegang.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
7,734 (46%)
4 stars
4,819 (29%)
3 stars
2,444 (14%)
2 stars
871 (5%)
1 star
669 (4%)
Displaying 1 - 30 of 1,593 reviews
Profile Image for ABO.
417 reviews46 followers
September 26, 2015
Awalnya mau ngasih 2 bintang, tapi semakin ke belakang makin nggak sreg, makin banyak saja halaman yang saya skip. Saya ngasih 1 bintang bukan karena bukunya jelek. Bukan. Murni karena arti satu bintang itu sendiri: did not like it. Saya nggak suka dengan bukunya.

Saya enggak suka dengan gaya bahasa yang sesukanya. Tanpa bermaksud sok-sokan ke-baku-an. Seriusan saya gemes banget dengan ke-nggak-baku-an bahasa yang dipakai.

Saya enggak suka dengan karakter Milea yang amat sangat annoying.

Saya enggak suka dengan karakter Dilan yang juga annoying.

Saya enggak suka dengan jokes-nya yang (buat saya) garing.

Dua lines yang paling memorable di dalam buku ini adalah "ha ha ha" dan "he he he", saking seringnya "ha ha ha" dan "he he he" mendominasi setiap halamannya.
Profile Image for Ginan Aulia Rahman.
221 reviews23 followers
October 4, 2014
kisah ini seolah menantang saya sebagai seorang cowo. "lo bisa lebih romantis dan lebih keren gak dari Dilan?"

Sungguh tantangan yang sulit. hehe

saya pikir ayah Pidi ini cerdas, menulis kisah tentang keromantisan seorang cowo dengan menggunakan perempuan sebagai point of viewnya. coba bayangin klo kisah ini bertutur dari kata-kata Dilan sendiri, kisah ini akan terasa gombal dan narsis bukannya romantis.

Novel Dilan ini mengajarkan kita tentang menulis. ternyata sebuah novel tak harus rumit dalam masalah setting tempat dan waktu. di Novel ini setting tempat hanya sedikit, yaitu sekolah, warung bi Eem, Rumah Dilan, Rumah Milea, dan itu pun tak digambarkan dengan detail. walau demikian, kita tetap menikmati kisahnya.

Dialog-dialog sederhana yang tak terduga jadi kekuatan kisah Dilan dan Milea. kisah ini membuat saya terhanyut dalam senyum, tawa, dan rasa romantis yang manis. ah entahlah klo kamu yang membacanya, tapi itulah perasaan saya ketika membaca kisah Dilan.

Ayah Pidi sengaja menutup kisah Dilan ini dengan.. aaahhh. entah apa ya namanya. tapi saya jadi merasa penasaran akan kelanjutan kisah Dilan dan Milea.

Kisah ini menghibur dan memberi nasehat yang baik tentang cara PDKT dengan perempuan. walaupun ya klo dipraktekin mah tetep aja sulit. wkwkwkwk.
Profile Image for Zulfy Rahendra.
284 reviews66 followers
September 23, 2016
"Kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Engga tahu kalau sore. Tunggu saja."



"Nanti kalau kamu mau tidur, percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh. Kamu gak akan denger."



"...Kenapa mikirin aku?" "Aku hanya mikir yang senang-senang." "Kamu senang mikirin aku?" "Malah bingung, sih." "Bingungnya?" "Bingung bagaimana kuhentikan." "Menghentikan apa?" "Mikirin kamu." "Kenapa ingin berhenti?" "Jadi harus selalu dekat, biar enggak perlu kupikirkan."



"Cemburu gak?" "Jangan. Nanti kamu repot."



"Kamu tau caranya supaya aku nangis?" "Gimana?" "Gampang." "Iya. Gimana?" "Menghilanglah kamu di bumi."



"...jangan rindu." "Kenapa?" "Berat. Kau gak akan kuat. Biar aku saja."



"Tolong bilang ke ibumu." "Apa?" "Aku mencintai anak sulungnya."



Romantis itu sederhana. Membuat perempuan merasa dicintai jauh lebih sederhana. Khayali banget pengen Dilan. Saya cuma pengen kamu. Tak perlu menjadi Dilan. Tak perlu melakukan hal-hal absurd tak terlupakan. Tak perlu mengumbar kata sederhana yang manis. Jika membuktikan dengan perbuatan sulit, setidaknya yakinkan saya kamu ada.

All I need... all you have to do is tell me... Just ask... To wait, maybe? I don't mind. I just need to know. You are amazing and loveable, dear. But I can't wait forever...











*CURHAT ABIISSS!!! BUBAR! BUBAR!!!
1 review
June 16, 2020
Dilan 1990 novels will be considered only teenage novels that prioritize romance stories for some people who have not read them. This book is about a flashback of Milea in 1990. Milea is a high school teenager who has moved from Jakarta to Bandung. Milea has life as well as a high school teenager in general. Everything changed when he met his new friend named Dilan. The story rolled full of excitement and surprise. Dilan has every means to make himself happy. From this acquaintanceship, Milea can see the figure of Dilan from a different side - not Dilan as a troublemaker at her school. Milea also had the opportunity to meet the unique Dilan family and get to know Mother Dilan more closely.
The story idea presented by this novel is fairly simple namely the romance of high school kids. But Pidi Baid makes the story more interesting with humorous and romantic conversations between the characters in the story. In terms of the plot, place, time structure, and depiction of the atmosphere in this novel as if it were real so that readers who were not born in the 90s can still understand and be carried away in the images written in this novel. Regarding the problem in his day, it looked realistic, so it was not an exaggeration, but yes, it was a romance in the past. That way, readers will enter Milea's perspective to see the figure of a nosy, brave, merciful, and loyal with his friend. Unfortunately, the Dilan 1990 novel lacks climax. The reader wonders where the conflict and the climax of the story are. The plot tends to be flat and does not make the reader tense. If you like high school love stories first, of course, the Dilan 1990 novel will be the right reading. The element of humor in every conversation will keep you entertained and not bored.
Profile Image for Lelyana's Reviews.
3,327 reviews388 followers
August 9, 2015

Ini adalah hutan rindu, sungai yang mengalir, dan laut yang berdebur.




Ini adalah Dilan-ku



Ini di luar kebiasaanku membaca buku lokal Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Rekomendasi dari si cantik Nadya (my daughter) yang katanya karakter Dilan, mirip Ardi, pacar nya (ehem).
Jadilah aku baca, dan aku terpesona.

Saking terpesona nya nya dengan Dilan dan semua gaya nya yang asik, aku pikir buku ini harus nya berjudul "How to Catch A Girl of Your Dream 101"

Membayangkn kembali (sambil bernostalgia) masa-masa indah SMA, buku ini mampu membawa kembali rindu ku akan masa itu.
Indah, dinamis, dan murni.
Cinta yang cukup untuk cinta, tanpa embel2 apa2...



Ini kisah dimasa kita tidak di repotkan dengan gadget, whatsapp, bbm, line, facebook, twitter dan semua kegiatan 'sosial' yang sama sekali jauh dari "sosialisasi".

Ini kisah saat dimana, hati berdebar menanti pujaan hati di depan pagar sekolah, tanpa tahu apakah dia datang atau tidak, saat indah surat2an, saat2 bahagia jalan kaki hanya berdua pulang sekolah, saat2 penuh cemas menanti telpon di malam hari , dengan tatapan Papa yang curiga dengan siapa kita bicara.

Aaah....dan Dilan adalah salah satu tipe cowok idaman masa itu.
Siapa yang tidak berdebar saat membaca puisi nya? Membaca surat nya yang lucu? Menerima kado buku TTS yang sudah diisi biar tidak repot lagi.
Kalau aku jadi Milea, aku pun pasti dengan sangat mudah bertekuk lutut.

Dilan benar2 bikin lemah dengkul, bikin mimisan! Haha.

"JANGAN JAUH"

Dik, jangan pergi jauh-jauh
Kan ada darahmu di tubuhku

(Dilan, Bandung 1990)


Dilan itu puitis, dengan cara nya sendiri. Hidup nya, cinta nya adalah puisi.
Pilihannya untuk jadi preman jadi anak geng motor saat itupun, adalah pilihan yang dia sadari.

Tapi Dilan juga adalah remaja yang sedang jatuh cinta. Posesif, dan 'won't take no for an answer'.
Dilan adalah tipe lelaki alpha. Tidak suka di kekang , tapi ingin berkomitmen.

"Malam ini, kalau mau tidur, jangan ingat aku ya?"katanya.
"Kenapa?"
"Tapi kalau mau, silakan,"
"Mau," jawabku meski malu


"Kamu rindu aku semalam"
"Kalau enggak?"
"Berarti kamu bohong."



Dialog2nya segar dan menyenangkan.
Tapi ini cinta SMA, dan sangat sedikit cinta SMA yang benar2 bisa bertahan lama sampai ke pernikahan. Well, let's see, apa yang akan terjadi di buku 2.
Aku kok agak su'uzon dengan Pidi Baiq, yang bakal merobek2 hati di buku 2.

Overall, this is a really great book, for ALL ages.
Highly recommended!
Profile Image for Winda Fabiola.
163 reviews32 followers
August 22, 2017

Sebenernya saya takut diprotes. Soalnya, sebelum saya ngasih rating, saya nge-scroll dulu kebawah-bawah dan nemu banyak yang ngasih rating tiga keatas, disertai review yang penuh pujian dan sanjungan. Sayangnya, saya menemukan diri saya beda pendapat sama mayoritas pembaca novel ini.


Jadi, kemarin sore, selesai nyetrika, saya ke kamar dan nemu novel ini di kasur. Karna lagi pulang ke rumah dan novel semuanya terlanjur saya bawa ke kosan dua tahun yang lalu, saya jadi miskin bacaan. Akhirnya, saya baca novel yang ternyata dipinjem adik saya dari temennya ini. Saya penasaran, soalnya dikalangan temen-temen kampus dan di salah satu situs bacaan, kok kayaknya novel ini wow banget. Jadi saya mulai membaca dengan ekspektasi yang tinggi.


Ketika saya menutup novel ini, saya diem. Bengong. Nggak nemu konfliknya, masa... Entah sayanya yang terlalu berekspektasi tinggi atau gimana, saya merasa novel ini biasa-biasa saja. Saya nggak begitu menikmati gaya penulisan novel ini, maupun jokes-jokes yang terselip. Saya juga nggak begitu klik sama tokohnya. Banyak yang bilang, Dilan itu romantis, Dilan itu pacar idaman, dll. Tapi, kenapa saya nggak bisa menemukan sisi istimewa itu ya -_-


Akhir kata, 1 bintang untuk Dilan. Maafin saya, ya...

Profile Image for Uci .
608 reviews118 followers
June 23, 2014
Pantas banyak yang ngaku tergila-gila sama Dilan waktu ada talkshow tentang buku ini di JBF. Gara-gara itu juga saya terus tergoda beli buku ini. Dan bener sih, Dilan itu cowok antik yang gampang bikin jatuh cinta dengan kegeloannya. Tapi butuh seorang Milea yang bisa mencintai Dilan apa adanya. Jadi Dilan memang buat Milea dan Milea memang buat Dilan. Walaupun banyak tips untuk memikat hati cewek yang ditaksir, tapi belum tentu berhasil kalau dipraktekkan oleh cowok selain Dilan :P
Profile Image for Peni Astiti.
226 reviews20 followers
June 17, 2014
Menurut pendapat gue, semua perempuan suka diperlakukan romantis sama cowok/suaminya. Ya ini kan menurut gue. Karena gue perempuan.

Ga sedikit perempuan yang pengen jalan berdua aja sama cowok/suaminya, makan berdua di suatu tempat bersuasana romantis ditemenin lilin di meja, pake alunan musik. Dikirimin bunga. Dikirimin coklat. Dikirimin message berbunyi apiyu (baca: aishiteru).

Lalu gimana dengan gue? Apa pengalaman romantis gue?

Sini, gue ceritain pengalaman gue diperlakukan romantis sama suami gue...

Banyak orang bilang suami gue itu pendiam. Tapi sekalinya ngomong cetarrr. Iya gituh?

Yang jelas, sih, gue mungkin kebanyakan nonton film Disney sama film-film romantis ala Barat, jadi di kepala gue isinya: romantis itu ya coklat dan bunga. Hahahah.

Oke, gue mungkin ga ngerayain Valentine Day, jadi peristiwa ngasih coklat tiap tanggal 14 Februari itu mah lewat aja, ya, ga usah dibahas :P

Suami gue mungkin unik. Tapi menurut gue, mungkin emang itu caranya nunjukkin romantismenya ke gue, tanda kalo dia sayang banget ama gue.

Contohnya, pas gue ulang taun yang ke sekian beberapa taun lalu, suami gue beli durian. Iya, durian yang baunya menyengat menurut mereka yang nggak suka dan kulitnya berduri itu. Berbahaya untuk dielus-elus, kalo ga pengen telapak tangan lo baret. Tapi gue suka makan durian. Keluarga gue suka banget durian, tidak terkecuali. Nah, sayangnya, suami gue ga suka. Bau, katanya.

Yep. Suami gue beli durian buat hadiah ulang tahun gue beberapa tahun lalu. Orang lain mungkin mengernyit. Tapi buat gue, itu romantis. Ada pengorbanan yang dilakukannya yaitu berusaha tahan ama bau durian yang mana dia "alergi" demi ngasi hadiah ulang taun buat gue.

Pernah juga, gue beliin doski sekotak coklat buat hadiah ulang tahunnya. Dia ga buka kotak coklat itu di hari ulang tahunnya. Pas gue ulang tahun sebulan kemudian (tanggal ultah gue dan suami cuma selisih 30 hari doang), dia bangunin gue, nyanyi lagu "Selamat Ulang Tahun" buat gue, sambil ngebukain sekotak coklat yang bulan lalu jadi hadiah gue buat ultahnya. Dia bilang, "hayuk, kita bagi dua hadiah ulang tahunnya."

Di saat orang-orang lain mah kasih ucapan standar selamat ulang tahun di wall buku muka gue, dia malah nulis begini, "Di hari ulang tahun Bunda, MU berhasil memenangkan skor 2-1 atas Arsenal".

Dan masih banyak lagi, deh.

Nah, berhubung gue ini hasil didikan film Disney dan film-film romantis ala Barat, pertama kali dapet perlakuan romantis kek gitu tuh jadi ngakak-ngakak jaya juga bingung.

Tapi, setelah bertahun-tahun jadi istrinya, gue sadar, suami gue romantis dengan caranya sendiri. (hampir) Sama kek Dilan.

Cara Dilan nunjukin pendekatan ke Milea dimulai dengan sok ngeramal. Trus ngasi hadiah ulang tahun berupa buku TTS yang udah diisinya, dengan alasan, dia ga mau Milea pusing ngerjain TTS-nya ntar. Atau cara Dilan kasih coklat lewat tukang koran dan tukang-tukang lain yang lewat.

Mungkin cara Dilan nunjukkin kalo dia suka ama Milea ga umum kek di film-film Disney atau film-film romantis ala Barat. Tapi jujur, gue ngerti banget posisi Milea dan justru itu yang bikin hidup gue maupun Milea ga bakalan biasa-biasa aja. Hahaha...

Gue memang fans Pidi Baiq. Buat gue, beliau itu jenius tanpa perlu ngasi tau orang-orang kalo dirinya jenius kek seorang penulis yang #IYKWIM. Baca 300 lebih halaman buku ini nggak berasa pemborosan halaman kek baca buku satunya itu *hush, masih aja dibahas*. Gue bahkan sebal ketika nyampe di halaman terakhir dan mendapati diri gue menuntut terbitnya kelanjutan cerita Dilan vs Milea.

Over all, meski nggak ada tulisan "dijamin ngakak" atau "pecah" atau "bikin ketawa", buku ini sukses bikin gue asik ngakak di angkot nggak pake malu-malu lagi *hell, yeah! Pidi Baiq sukses bikin gue jadi tontonan di angkot* dan bahkan meski penerangan lampu angkot malem itu *pas gue namatin baca buku ini* beneran minim, jalanan lagi macet edan plus gue beneran penasaran ama kelanjutan kisah Milea vs Dilan, gue bela-belain berusaha nyari cahaya demi menikmati buku ini dan kemudian dipandangin seisi angkot karena gue ga bisa lagi nahan ketawa gue. Siaaaaaaaaaaaaaal!

Buat lo yang lagi galau dan butuh pelampiasan buat nangis, gue sama sekali nggak rekomendasiin buku ke ini ke lo. Sia-sia deh, kegalauan yang udah lo piara berabad-abad begitu lo baca buku ini.
Profile Image for Rhein.
Author 7 books172 followers
June 8, 2014
Saya tertawa.. Dari senyum malu-malu, terkikik geli, sampai tawa tak bersuara saking menahan perut. Mungkin karena saya orang Sunda juga, jadi segala percakapan & feel dalam novel ini ketangkep semua. SEGAR! Sungguh saya suka.. :D
Profile Image for Marina.
2,030 reviews344 followers
September 25, 2016
** Books 245 - 2016 **

2 of 5 stars!

1. Gak suka sama Jokesnya yang amat crunchy
2. Gak sreg sama gaya penulisannya yang entah mengapa mengingatkan akan style Hilman Hariwijaya
3. Buku ini rasanya sangat bising buat saya
4. Sedikit banyak mengingatkan akan generasi 90an

Saya masih menimbang apakah worth it jika saya membaca buku keduanya Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 dan buku ketiganya Milea: Suara Dari Dilan? Hmm mungkin nanti saya akan mencoba membacanya kembali

Terimakasih Bookmate untuk peminjaman bukunya
Profile Image for Shanya Putri.
320 reviews151 followers
September 12, 2021
Re-read dalam rangka mau nonton filmnya–tapi malah cuma bisa selesai setengah pas sebelum nonton. Jadi, setengah lagi aku selesaikan di waktu setelah nonton.

Karakter Dilan memang terlalu sempurna untuk jadi nyata. Anak geng motor, tapi cerdas dan sopan. Dilan yang begitu sayangnya ke orang-orang, dan tentunya Milea. Bahkan mau bakar sekolah jika si Kepala Sekolah nampar Milea.

Konfliknya memang nggak seberapa, tapi itu yang bikin ceritanya ringan. Bikin gregetan juga sih. Ditambah penyampaian ceritanya itu kayak diary. Asik. Ngalir banget lah pokoknya😂.

Komedinya pun bisa dibilang nggak biasa. Aneh. (Iya, Dilan itu aneh). Tapi lucu!
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book49 followers
August 1, 2015
“Bersama Dilan, bumi menjadi tempat yang cocok untuk aku ingin tinggal selama-lamanya! Dan hidup jadi menarik untuk aku lebih dari apa pun. Aku tidak salah lagi, mencintainya secara permanen.” (Milea)

Bicara tentang sosok karakter satu ini bisa jadi mengasyikkan, menarik atau bahkan membosankan sama sekali. Tetapi tidak ada yang tidak menarik dari sosok Dilan bagi seorang wanita cantik bernama Milea Adnan Husein seperti yang dia katakan dalam bukunya tersebut. Dan ketika sekarang yang membicarakan seorang Dilan yang ada pada tahun 1990 ini adalah saya, Ariel Seraphino yang ada di tahun 2015 tentu bisa jadi sebuah bahan obrolan yang baru.

Membicarakan sosok Dilan 1990 yang ada dalam novel ini tidak bisa lepas dari kultur lingkungan sosial di mana Dilan tumbuh dan ada. Bandung pada awal tahun 90an adalah Bandung yang sama sekali berbeda dengan Bandung di tahun 2015. Ketika itu ada banyak sekali hal sederhana yang bisa jadi sumber kebahagiaan dengan menjadi warga Bandung yang ada pada tahun 1990. Jalanan yang belum terlalu ramai, kota yang masih penuh dengan kabut di pagi hari dan tentu saja udaranya yang dingin. Dalam suatu adegan Dilan digambarkan mengendarai sebuah sepeda motor ke sekolah dan hal itu sudah menunjukkan betapa saat itu anak sekolah masih jarang mengendarai kendaraan sendiri ke sekolah. Di sini Dilan menjadi seorang yang berbeda dengan teman-temannya. Tidak sampai di situ saja, dikisahkan bahkan Dilan adalah anggota geng motor. Hal ini pula yang mejadi kecurigaan Milea jika Dilan bisa jadi mempunyai perangai yang buruk.

“Lia. Kalau kamu merasa tidak kuperhatikan, maaf, aku sibuk memantau lingkunganmu, barangkali ada orang mengganggumu, kuhajar dia!” (Dilan)

Berangkat dari keluarga militer ternyata malah membuat Dilan tumbuh dengan buku-buku dan hal ini ternyata berpengaruh dari gaya bahasa lisan yang dia gunakan sehari-hari. Meski tentu tidak serta merta menghilangkan wataknya yang keras dan ingin segera bertindak jika ada ketidakadilan yang dia rasakan. Dikisahkan Dilan suka membaca buku-buku Sutan Takdir Alisyahbana, Iwan Simatupang dan bahkan mampu membuat puisi. Bisa jadi hal ini yang membuat Dilan begitu romantis, di satu sisi gemar berantem, melawan guru, ikutan geng motor dan suka bolos, tetapi suka baca buku dan bahkan kamarnya dipenuhi dengan buku-buku yang dibacanya, bikin puisi dan bahkan menggambar dan dikirim ke koran lokal. Lihat, betapa uniknya manusia satu ini bukan? Bahkan dengan gaya bahasanya yang unik tersebut, Dilan jadi sosok yang humoris, mudah membuat Milea, sebagai wanita yang dia cintai tertawa mendengar guyonannya. Selain humoris tentu saja tentang bagaimana Dilan mudah bergaul dengan berbagai jenis orang membuatnya special. Dari mulai tukang pijit langganan, tukang pos, ibu warung yang disapa Bi Eem dan tidak terkecuali dengan teman-temannya. Hal ini membentuk kepribadian Dilan yang disegani karena pergaulannya tetapi juga disayang wanita karena kelembutannya. Mengenal Dilan yang ada pada tahun 1990 ini tidak saja mengenal seorang anak lelaki bangku SMA yang unik tetapi juga mengenal Bandung yang begitu dicintai oleh warganya ketika itu karena suasananya yang nyaman, adem dan belum terlalu ramai.

Pada akhirnya saya menyampaikan penghormatan saya pada surayah Pidi Baiq karena menulis sebuah cerita remaja seperti sebagaimana remaja pada era itu dengan begitu jernih, lugas dan bahkan terlepas dari cara bercerita yang sedikit berbeda, ternyata menghasilkan cerita yang berkesan. Siapa coba yang tidak cemburu dengan sikap Dilan pada Milea dalam buku ini?

Salam.
Profile Image for Stef.
601 reviews194 followers
February 5, 2018
Baru baca ini setelah beberapa temen yang sudah nonton film nya sangat menyukai cerita dilan ini. Berpegang rasa penasaran akhirnya sebagai team yang baca buku nya sebelum film nya memutuskan untuk baca buku ini.
Pertama baca agak sedikit kagok sama bahasa nya yg agak sikit baku dan semakin kebelakang banyal jokes-jokes nya yang garing banget. Sepanjang baca banyak kalimat "Ha Ha Ha/ He He He- nya" yang banyak banget. Selain itu karakter-karakter nya yang banyak begitu disukai. Sempat DnF kalau ga inget-inget tinggal sedikit bacanya dan sampai di ending pun tetep bikin ngga gitu suka.
Profile Image for Sri.
14 reviews4 followers
May 25, 2014
Niat awal beli novel ini cuma gara-gara tweet seleb-tumblr yang bilang buku ini rocommended. Baru follow surayah bbrp hari, gilaak ini isi tweetnya ngebalesin mention orang-orang yang nyariin bukunya, lantaran sold out di banyak bookstore. Segitu kerennya kah ini novel dan harus ada di rak buku? Penasaran lah, akhirnya pun dibeli. Dibaca dalam waktu sehari. Daaannn.... Luaar biasaaa. Berdecak kagum dan geleng-geleng kepala begitu kelar baca ini novel. Hhahaha.

Masa-masa SMA udah kayak 5 tahun saya tinggalin. Pacaran pas SMA? Gak tau rasanya. Tapi begitu baca novel ini, aiiih... meuni kangen pisan pengin balik lagi ke masa naksir anak kelas sebelah gitu. Hhaahahahaha

Perasaan saya setelah baca novel ini gak karuan. Merasa dihargai sekali sebagai wanita oleh sikapnya Dilan. Entah gimana ceritanya itu kalo si Dilan tau-tau nongol dan saya jadi Milea. Hahahahaha XD

Favorit quote nya si Dilan :
Milea kamu cantik. Aku belum mencintaimu, enggak tau kalo sore. Tungguin aja. -- Dilan 1990


Point of view yang disuguhkan Surayah sebagai seorang Milea dalam Novel Dilan kali ini benar-benar membuat pembaca tertohok dan menggangguk pelan sembari berkata "Ah iya, memang harusnya begini nih"

Ada banyak kalimat romantis yang berujung dengan kegaringan khas Dilan yang membuat saya berkali-kali tepok jidat. Haseeuum, aya-aya weh iyeu budak gayana, nya. :-D

Kalo ada kaum anti-pacaran yang berkeberatan dengan novel ini, seharusnya bisa dijadikan pedoman untuk ber"romantis-ria" dengan calon pasangan halalnya kelak. Hei, belajar bisa dari manapun, bukan? *ditimpuk*

Dan saya yakin, hampir 80% perempuan yang membaca novel ini, akan setuju dengan apa yang dilakukan Milea. Sayangku, Dilanku. Dan hei, emang kalo suka sama suka perlu diumumin? Meuni abege pisan.... Hhahahahahaha

Bahagiaaaa \:D/

Selamat Surayah, karyamu jenius! Gak sabar tunggu edisi kedua.
Profile Image for avy.
51 reviews9 followers
May 21, 2017
I'm not sure why do people like this book. I started reading this book just because everyone is reading it. Reading this book is like reading my diary from my elementary school years, which to say, was really dramatic and definitely not a suitable writing style for a book. Not to mention the characters are either boring or annoying.

- Some rant -
Profile Image for ade.
273 reviews16 followers
October 7, 2015
sesungguhnya,, gw berminat untuk membeli buku ini karena kok pada heboh ya, dan banyak yang rekomen,,dan kebetulan ada diskon gede2an di gramedia online ya udah dibeli deh, dan baru mulai baca kemaren, hanya butuh waktu singkat buat namatin ini novel. dan bagaimana pendapat gw?

novel ini,, bukan tipikal novel yang gw suka, sorry to say.
dari pertama baca, gw udah cukup shock sama gaya bahasa sang penulis, maaf banget, tapi ga biasa baca yang kayak gini, biasanya, kalo mau baku ya baku sekalian atau gaul ya gaul sekalian, makanya pas pertama baca langsung shock. hahahaha jujur gw berusaha banget buat menyesuaikan diri dengan gaya bahasanya.

sementara gimana dengan ceritanya? terbilang standard ya, karena emang udah banyak banget novel yang ambil tema kayak gini, cewek polos + cowok bandel. jadi nothing spesial menurut gw..

tapi kalo mau iseng baca sih gapapa...

sorrryyy banget buat penggemar berat novel ini,, mungkin emang selera saya aja yang kurang cocok sama ini T_T
Profile Image for Aurelia.
171 reviews
February 17, 2018
I read this because I was going to meet the cast and I was curious to see as to what everyone was raving about. Safe to say, I can't really relate.

Their innocent love and it being set in the past really made it stand out, but the former got really old halfway through the book. It just felt like a really, really long novella about how their relationship came to be. It feels like a series of short stories revolving the same characters bound together in a book in chronological order. It wasn't really leading up to anything? Hell even the supposed climax and resolution isn't even that...groundbreaking. It all just feels very monotonous and bland.

I quite liked the characters? Very 50 50 about this. Supporting characters were plain, Milea was complex I suppose so I liked that, Dilan...was too? This is subjective and it doesn't really account to the review but I honestly didn't get the appeal of all the things he did for her, I know that it feels different when you're in her shoes but like...meh. (I'm assuming this is why people are raving about this book and I just don't get it.) Their sense of humor...definitely doesn't line up with mine either so it was hard to really like them.

The writing was relatively simple and I'm assuming this is to reflect the nature of their relationship. It wasn't hard to understand the character's emotion or envision what the setting was like either, props to the writer for that. Also liked how the author 'updated' us to whether things with significance in the story can still be found today. However, I really really REALLY didn't appreciate the use of 'he he he' in every freaking line of every conversation in this book. My god this bugged me a lot.

Overall, if you're looking for a story with a very simple, plain love story set in the past, this is the book for you.
Profile Image for Zelie.
Author 2 books13 followers
October 2, 2014
Terus terang, saya galau saat akan menulis review untuk buku ini. Bahkan, saat tamat baca, saya galau kasih rating di Goodreads. Selvi, teman saya, sampai bertanya mengapa saya memberi rating 3* padahal saya bilang saya jatuh cinta pada Dilan?

Jadilah saya merasa bertanggung jawab untuk memberi penjelasan karena jika tidak, sakitnya akan berkepanjangan dan susah move-on #bukancurhat #percayalah

Seperti yang sudah bisa ditebak, saya jatuh cinta pada Dilan. Setengah mati. Saya suka dengan cara Dilan memperlakukan Milea. Saya suka dengan gombalan Dilan. Saya suka cara Dilan menjaga Milea. Saya suka dengan hadiah-hadiah yang diberikan Dilan ke Milea.

"SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.
INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS.
TAPI SUDAH KUISI SEMUA.
AKU SAYANG KAMU
AKU TIDAK MAU KAMU PUSING
KARENA HARUS MENGISINYA.
DILAN!"


*lalu snow white pun meleleh

Saya suka dengan gaya pacaran Milea dan Dilan. Bahkan saat mereka resmi pacaran, saya yang ikut bahagia. Seolah Dilan sedang nembak saya, bukannya Milea. Untung saya gak reflek jawab, "OH MY GOD, YES! DEFINITELY, YES!" *ngayalnya kejauhan *ditendang

Meski demikian, seiring saya membaca buku ini, saya mulai merasa bahwa baik Dilan maupun Milea itu too good to be true.

Dilan terlalu sempurna. Ayah tentara, Ibu guru. Tajir. Bandel, anggota geng motor, tapi masih jadi juara kelas. Jago gambar, jago bikin puisi, berbahasa baku. Tapi anehnya, sering sekali dia berbicara dengan bahasa gak baku.

Lalu Milea, banyak sekali lelaki selain Dilan di hidupnya. Bahkan saat bersama Dilan, sebenarnya dia sudah punya pacar. Walau beda kota dan dijelaskan pacarnya tidaklah sebaik Dilan.

Saya terus terang jadi jengkel membaca pemikiran Milea. Dia seolah sedang berkata bahwa lelaki lain itu jahat dan cuma Dilan yang sempurna. Lelaki lain tidak bisa mencintainya sebaik Dilan. Padahal, tiap orang punya cara berbeda dan saya rasa tidaklah salah berbeda cara dalam menunjukkan perhatian.

Saya pun sebal dengan Milea yang seolah berusaha menjelaskan ke saya bagaimana bagusnya Dilan. Saya sudah tahu, bahkan sebelum kamu mengucapkannya ke saya. Gak perlu dijelasin lagi. Biarkan saya mencintai Dilan apa adanya, seperti kamu mencintainya, Milea.

Judul buku ini adalah "Dia adalah Dilan ku ", dan itu bisa kita lihat dengan jelas dari isi bukunya. Dilan memang hanya akan ada untuk Milea. Dilan bisa semanis itu karena dia adalah Dilan-nya Milea.

Oleh karena itu, buku ini tidak disarankan untuk dibaca saat sedang patah hati. Nanti tambah hancur hatinya.

Tidak juga untuk yang sedang jatuh cinta. Nanti malah tersadar kisah cintanya biasa aja.

Dilan itu punya Milea. Saya, cukup dengan Peeta saja *ditabok

Ini yang seriusnya: Terima kasih Dilan dan Milea, kalian membuatku terus diingatkan bahwa cinta itu sederhana. Cinta juga tak harus diucapkan secara gamblang atau berbunga-bunga. Yang penting, jujur dan saling percaya.

Aku bukan mau bilang dia hebat, Mas Ato, dia mungkin tidak hebat, tapi meskipun begitu dia selalu bisa membuat aku senang meskipun dengan hal dan cara yang sederhana. - hal. 127

"...Dan,jangan rindu."
"Kenapa?" kutanya.
"Berat," jawab Dilan. "Kau gak akan kuat. Biar aku saja."
- hal. 284

“Aku ingin pacaran dengan orang yang dia tahu hal yang aku sukai tanpa perlu kuberitahu, yang membuktikan kepadaku bahwa cinta itu ada tetapi bukan oleh apa yang dikatakannya melainkan oleh sikap dan perbuatannya.” -hal. 126
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 19 books191 followers
July 9, 2015
"Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja."
-Dilan-

Saya penasaran sekali saat membaca review teman-teman tentang novel Dilan ini. Judulnya saja 'aneh' gitu, mana ada embel2 tahun 1990 lagi, jadul banget itu, saya saja masih lulus TK nol besar hihihi *eh katahuan. Tapi, godaan itu datang dalam bentuk rayuan Dilan yang entah mengapa kok nggak kepikiran pas saya SMA dulu ya? Beud, Dilan ini ampun deh, pede dan agak bandel plus kreatif dan suka baca sastra pula. Kamarnya saja penuh dengan tumpukan buku (kamar saya juga penuh tumpukan buku loh, tapi kok saya ngak seromantis Dilan ya?) sampai-sampai Milea kaget, tidak menyangka pemuda seberandalan Dilan bisa suka baca sastra.

Sebenarnya, Dilan ini semakin ke belakang semakin mirip dengan tokoh-tokoh idola remaja tahun 1990-an. Agak nakal, berkecukupan secara materi, gokil, romantis, suka baca. Sedikit mengingatkan saya pada sosok Lupus, Roy, dan Boy. Semua tokoh fiktif ini laris manis di era tahun 1990-an dan semacam menjadi idola para remaja gitu. Awalnya, saya takut membaca buku ini: takut muncul banyak plothole, takut jadulnya dibuat-buat, takut harga bukunya mahal hihhihi. Berbeda dengan Balada si Roy dan serial Lupus yang memang ditulis pada era 1990-an, serial Dilan ini ditulis pada era kekinian, jadi saya takut aroma jadul itu bakal menguap entah kemana.

Ternyata tidak. Penulis pandai banget menggunakan Dilan untuk mengambil hati pembacanya. Kita seakan lupa sedang membaca cerita kisah kasih di sekolah tahun 1990 yang jadoel bingits itu. Penulis juga mengajak pembaca bernostalgia dengan Bandung tempo dulu, mungkin ini satu-satunya fitur yang digunakan penulis untuk mengingatkan pembaca bahwa mereka sedang membaca kisah dari tempo doloe. Untungnya, ini Dilan memang mercusuar banget. Alih-alih nanya ini dan itu, pembaca seperti seolah diajak berfokus pada sosok Dilan yang memang kebangetan banget romantisnya ini. Sementara cowok lain biasanya memberi kado berupa bunga atau cokelat untuk pacarnya, la si Dilan ini malah kasih kado buku tekateki silang coba!

"Selamat ulang tahun, Milea.
Ini hadiah untukmu, cuma TTS.
Tapi sudah kuisi semua.
Aku sayang kamu
aku tidak mau kamu pusing
karena harus mengisinya.
Dilan!"


Set, dah.... saya dulu pas SMA juga suka beli TTS sih, tapi buat tanding sama tetangga (plus ngincer stiker #uhuk yang sering nyelip ngak sopan itu, dulu harganya masih Rp500, sumpeh itu buku mureh banget tapi kelarinnya sebulan wkwkwk) dan bukannya dikasih ke cewek. Ini si Dilan gokil bener emang idenya. Sederhana tapi ngena, kayaknya itu yang disuka cewek dari Dilan.

Sayangnya, sosok Dilan ini semakin ke belakang kok semakin tidak khas ya? Ketika tahu Dilan suka Rendra dan memiliki timbunan buku di kamarnya, sosok berandal romantis ini seperti dipaksa untuk kayak jadi Roy dan Lupus, jadinya, hilang sudah sosok unik itu. Dilan jadi semakin serupa dengan dua cowok idola gadis belia era 1990an itu. Tapi, untungnya, kenakalan Dilan balik lagi menjelang belakang-belakang. Saya suka sekali dengan cara Dilan yang suka mengulangi perkataannya ketika dia menginginkan sesuatu (yang cara ini kemudian ditiru sama Milea). Mau tak mau, orang yang diminta bakal luluh juga (dan Dilan pun kena batunya ketika diajak Milea jalan-jalan demi agar dia tidak ikut tawuran). Hal-hal khas beginilah yang membuat Dilan terasa baru meskipun dia bermasa era jadul.

Nice book.

Profile Image for Deago.
221 reviews21 followers
March 4, 2019
Dilan adalah salah satu karakter yang dicintai masyarakat Indonesia yang begitu ikoniknya sampai pemerintah Bandung membangun taman dengan nama taman Dilan, saya mendukung sepenuhnya ide ini, setidaknya membangun taman juga sesuatu yang baik bukan?

Berawal dari pembangunan taman tersebut, saya pun penasaran bagaimana sebenarnya karakter Dilan, hingga akhirnya saya mendapat kesempatan mengenal Dilan lewat Dilan 1990.

description

Sebenarnya untuk porsi humor, Dilan 1990 memang mengandung banyak rayuan manis dan lucu yang akan mudah diterima oleh sebagian besar pembaca, khususnya pembaca remaja yang sedang berbunga-bunga. Namun, hal ini tidak berlaku bagi saya pribadi. Menurutku, sisi humoris Dilan terlalu sering ditampilkan dalam setiap adegan hingga pada beberapa bagian terasa bertele-tele, hambar, dan tidak lucu.
Salah satu adegan yang menurut saya lucu secara tidak sengaja:
“Apa ya? Gak usah repot-repot. Air zam-zam aja, Bu”, kata Dilan
“Ha ha ha ha ha Itu merepotkan!”,
aku ketawa.
Bunda juga.
Airin juga.
Kang Adi kulihat dia tidak. Hahaha Milea menggambarkan situasi “awkward-nya” terlalu jujur

Mungkin karena rayuan yang kebanyakan ini, jadinya saya tidak mengenal sisi Dilan yang sesungguhnya, Dilan memang humoris dan penyuka sastra tapi cukup sampai disitu, karakternya datar dari awal hingga akhir cerita. Begitupun dengan kebanyakan tokoh dalam Dilan 1990, seperntinya semua orang terlalu manis. Saya menyukai keberanian Milea tapi di satu sisi dia terlalu sensitif ataukah memang masa-masa SMA se-emosional itu ya? Haha saya lupa.

Cerita dimulai dari pertemuan Milea dan Dilan yang kemudian Milea jatuh hati pada Dilan dalam 30 halaman pertama. Sepanjang cerita, kita difokuskan pada betapa charming dan lucunya Dilan dan seolah orang-orang melupakan konflik dalam cerita. Gaya Bahasa yang digunakan tidak begitu nyaman bagi saya pribadi. Tapi, jika kalian menyukai rayuan manis, unik, dan lucu dengan plot sederhana, mungkin Dilan 1990 akan menghibur dan membawa nostalgia cinta di masa SMA.
Profile Image for Katherine 黄爱芬.
2,277 reviews266 followers
February 18, 2019
Maaf beribu maaf bagi para fans Dilan.

Saya gak bisa menikmati buku bestseller ini. Leluconnya garing semua dan malah tidak membuat saya tersenyum. Padahal saya ini satu generasi dgn Dilan - Milea ini. Saya SMA saat thn 91-94, entahlah... apa krn beda sekolah? Saya sekolah di Jakarta, sedangkan Dilan - Milea ini di Bandung. Mungkin jg krn sekolah SMA saya waktu itu sangat ketat peraturannya. Jadi saya merasa Dilan-Milea ini kelewat "liar" dan berandalan urakan kalau pinjam kata guru fisika saya di SMP, Pak Koentoro.

Mungkin juga saya gak pernah pacaran wkt SMA. Teman-teman saya yg pacaran aja kayaknya jg gak se-agresif Dilan. Ini boleh dibilang PDKT pra-pacaran sih kalau di novel. Ya isinya masih remeh-temeh soal berpacaran ala anak-anak SMA tahun 90an, zaman masih Lupus merajalela. Zaman masih demen aktor-aktris ABG Hollywood. Zaman artis penyanyinya masih dari negara tetangga macam Tommy Page, Debbie Gibson, Jason Donovan gitu loh. Dan saya bingung pas di buku ini malah ada lagu Bee Gees, I Started a Joke. Bukannya itu thn 80an ya?

Yasudahlah, mungkin banyak umat yg membaca novel ini menikmati ke-lebay-an pasangan muda-mudi ini. Mungkin saya kelewat serius. Yasudahlah... balik ke masing-masing selera ya.
Profile Image for Tirta.
252 reviews38 followers
April 22, 2017
"Di mana?"
"Siapa?"
"Kamu."
"Kamu?"
"Dilan,"
"Aku? Di Mars."
"Ketawa jangan?"
"Aku di Jalan Mars, Margahayu Raya."
"Oh, he he he."


"Tadi ayahmu bilang, kamu sudah tidur."
"Oh."
"Kenapa sekarang bisa ngomong? Kamu ngigau?"
"Iya."
"Ha ha ha ha ha."


"Itu pohon."
"Wow,"
"Itu langit!"
"Mendung."
"Iya. Itu Mang Jajang."
"Kamu kenal?
"Kita namai aja Jajang,"
"Ha ha ha."
....
"Ini kamu."
"Wow! Aku baru tahu. Makasih infonya..."
"Pemakan lumba-lumba."
"Ha ha ha. Kamu beneran bilang gitu ke Bunda?"
"Iya,"
"Mmmm... kamu beneran bilang aku berkumis ke Bunda?"
"Iya"


Ha ha ha. thx gue mau jd bubur kertas aja dulu ha ha ha ha ha ha ha ha ha baper.
Profile Image for Dieyana Ayuni.
88 reviews14 followers
August 27, 2018
Mengekek-ngekek aku baca buku ni. Kelakar betul Dilan ni. Milea juga kool orangnya. Dalam kelakar-kelakar pun, ada satu part buat aku tersentuh (banyak part menyentuh) tapi ini terus buat aku nangis. Waktu Bunda Dilan dan Milea baca puisinya Dilan, untuk adiknya Disa. 2 potong ayat saja, tapi aku terasa berat emosi disimpan disitu, sangat bikin aku terharu. Ayat yang penuh kasih sayang dari seorang abang ke adiknya yang disampaikan dengan bahasa santai-santai.

Nak tahu kena baca sendiri.

Aduh. Jadi jatuh cinta aku sama Dilan.
Sorry Milea, menumpang kasih sedikit.
Profile Image for Bivisyani Questibrilia.
Author 1 book18 followers
August 3, 2017
Sejujurnya buku ini udah ada di daftar buku yg mau saya baca udah dari kapan tau. Sampul depannya bikin penasaran, juga beberapa kutipan di belakangnya. Waktu tahu kalau ada saudara yg punya, tanpa ragu-ragu langsung minta pinjam dan ngga sabar untuk membacanya. Betapa kecewanya saya ketika membaca beberapa bab pertama dan mendapati kesan buruk terhadap buku ini—saking buruknya betul-betul udah ngga bisa baca sampai selesai, meskipun udah maksa diri sendiri untuk menyelesaikannya. Setelah sampai halaman 268 berhasil membaca tanpa ada yang dilongkap, akhirnya nyerah karena ngga tahan dengan cerita, karakter maupun penulisannya—yap, semua-muanya itu sangat ngga memberikan kesan yang baik.

Pertama, yang membuat saya sangat ngga sreg adalah pemakaian bahasanya yang seenaknya. Memang di awal, penulis (dalam bentuk Milea) memberikan 'alasan' kenapa penulisannya aneh, katanya "cenderung agak Melayu dan nyaris seperti baku, seperti gaya bahasa Dilan." Namun akhirnya bahasa yang dipakai juga ngga melulu baku, kadang lebih seperti bahasa gaul atau bahasa percakapan, malah jadinya berantakan karena pergantian antara baku dan ngga bakunya ngga ada panduannya, betul-betul suka-suka aja. Selain itu, seluruh percakapan dalam cerita kelewat kaku, lebih seperti percakapan antara orang-orang yang belum akrab dan ditulis dalam chat atau komik daripada bahasa percakapan sehari-hari layaknya orang Indonesia pada umumnya. Gaya bicara Dilan yang tidak lazim itu (lebih baku atau kaku dibanding yang lain), karena penulisan ceritanya yg berantakan, juga sama sekali tidak tampak. Yang paling mengganggu adalah 'ha ha ha' dan 'he he he' yang kelewat banyak, seolah berusaha mengisi kekosongan dan jatuhnya jadi aneh. Harusnya penulis bisa menyampaikan perasaan yang ada di tawa itu dengan penulisan yang lebih luwes sehingga tidak berasa kaku atau dipaksakan.

Kedua, tokoh Milea yang kelewat mementingkan diri sendiri dan lama-lama jadi obsesi terhadap Dilan, yang sayangnya juga adalah narator dari cerita ini. Ada banyak kejadian dimana saya sangat tidak menyukai Milea, karena terkesan mau dipentingkan dan tidak mau merugi, contohnya seperti ketika ia belum memutuskan Beni tapi berharap lancar hubungannya dengan Dilan. Sudah gitu, dia memutuskan Beni seolah-olah hanya dia yang salah dalam hubungan mereka, padahal jelas-jelas dia juga hatinya sudah mulai berpindah ke Dilan—dan tidak memberitahukan kedua belah pihak. Ketika Dilan tampak menjauh pun dia malah kesal, tapi ketika didekati, ia malah jutek ke Dilan. Lha piye tho? Setelah akhirnya dia menerima perasaannya kepada Dilan juga dia mikirin cuma Dilan teruuuus aja—atau lebih tepatnya hanya memikirkan diri sendiri dan Dilan. Kenapa dia tidak pernah menolak Nandan dengan tegas? Kenapa dia tidak pernah bilang ke Kang Adi kalau dia sudah pacaran dengan Dilan lantas tidak tertarik kepadanya? Apa dia takut kalau tiba-tiba Dilan menjauh atau minta putus sudah ngga ada orang yang menyukai dia lagi?

Sebetulnya masih banyak hal yang mengusik saya. Seperti contohnya, tokoh Dilan menurut saya sangat ngga romantis, mungkin gombal atau nekad, tapi jelas berlebihan. Mungkin karena saya bukan target pasar untuk buku ini—jika waktu SMA saya membacanya mungkin saya akan menyukainya juga, meskipun itu juga saya ragukan—dan mungkin memang pacaran zaman SMA begini penampakannya, mau di tahun 90an maupun sekarang. Jelas berbeda dengan hubungan pacaran orang yang sudah di jenjang kehidupan yang lebih lanjut. Tapi menurut saya cerita seperti ini bukan romantis dan tidak akan berakhir bahagia, kecuali karakter-karakter yang ada berubah seiring dengan berjalannya waktu—satu lagi hal yang menurut saya alpa di buku ini: perkembangan karakter. Yang saya nilai aneh adalah, ceritanya kan buku ini ditulis oleh Milea ketika ia sudah lebih dewasa, namun gaya penulisannya masih sangat berasa ketika ia masih SMA itu, masih mementingkan diri sendiri, masih seenaknya dan manja. Bukankah lebih masuk akal kalau ia introspeksi dan mengingat apa yang telah salah ia lakukan di masa itu, bukan malah membenarkan tindakannya yang sering kekanak-kanakan?

Entahlah. Mungkin hanya pendapat saya.
Profile Image for Anna Lee.
Author 27 books507 followers
September 24, 2018
Saya baca buku ni sebab bukunya fenomena. Sampai dijual di Malaysia. Jadi i really want to know... ada apa di dalam?
Permulaan baca, yeah menarik... sweet.. kisah cinta remaja. So okeylah... untuk bacaan santai sambil tunggu flight balik ke Malaysia.
Cumanya...
Dari segi bahasa... saya kerap juga baca beberapa novel Indonesia, bahasa mereka selalunya cantik.. elok kemas tersusun. Tapi novel ni lain sikit. Mungkin kalau di Malaysia, bahasa yg dipakai adalah dipanggil bahasa pasar kot?
Kadang2 dialog antara melia dan Dilan menarik, lucu... tapi kadang-kadang annoying... hehehe.
Dilan bad boy tapi sweet. Cumanya, saya tertanya... benarkah dia geng kepala motor? Kalau benar kenapa dia jadi ketua samseng? Atau dia seorang pendamai? Masih tertanya sehingga ending. Apa yg pasti, Dilan sweet boy. Ramah. Keluarga bahagia. Baik. Disenangi.
Milea... emmm... apabila dia dengan Bunda dan beria-ia merisik perihal Dilan agak buat saya sebal... hahaha. Tapi mungkin itu sikap anak remaja kot. So tak apalah.
Keseluruhan... nice story. Sesuai untuk bacaan santai, relaks-relaks.. tenang-tenang.
*peace*
Profile Image for Sarah Sartika.
8 reviews61 followers
July 12, 2014
Sejujurnya ini buku pertama karya Pidi Baiq yang saya baca penuh. Selama ini hanya buka blog atau twitternya saja. :D

Ini novel percintaan remaja (anak SMA) dalam perspektif seorang perempuan, bercerita soal Dilan, pacarnya saat di SMA. Tutur bahasa dan gaya penulisan novelnya sederhana, cenderung santai, dan sangat Pidi Baiq menurut saya. Tidak menye-menye seperti teenlit.

Hal yang saya kagumi (dan saya pun tidak mengerti sebabnya) adalah point of view Pidi Baiq di buku ini, yaitu cara pandang perempuan, yang saya rasa pas sekali. haha. Entah bagaimana penulis bisa memahami dan menjelaskan cara pandang dan perasaan perempuan begitu tepat. Bahkan beberapa kalimatnya sangat layak untuk dibuat quote untuk mewakili perempuan (iya, ini subjektif. XD)

Di luar itu, buku ini berhasil membuat saya ingin naik mesin waktu untuk bisa merasakan Bandung di awal tahun 90-an yang tampaknya jauuuhh lebih menyenangkan dan lovable dibanding sekarang.

Secara umum, buku ini layak dibaca.. dan hey surayah, kami tunggu lanjutannya.

Profile Image for Jenny Meike.
310 reviews31 followers
July 26, 2017
Ini adalah hutan rindu, sungai yang mengalir, dan laut yang berdebur

Seperti flashback ke jaman SMA di kala kehidupan masih sangat sederhana, yang dipikirin cm gimana caranya belajar spy lebih pinter dan semester ini dpt juara brp...

Buku ini kental dengan suasana tahun 90an, di mana remaja saat ini belum mengenal gadget dan aneka smartphone secanggih jaman sekarang, di mana kami duduk ngariung, ngobrol dan ketawa2 bukan malah sibuk dengan gadget masing2

Saya suka isi buku ini... terima kasih mba Lya... Akhirnya sy bisa kenalan dengan Dilan dan Milea
Profile Image for Annies Shafira Asyarie.
70 reviews8 followers
July 12, 2015
Huaaaa, uda lama gak nemu buku bagus, sekalinya nemu, huaaa, histeris. Kerrn banget sumpah, gaya penulisannya original, unik, gak ada duanya deh, gak bikin bosen sama sekali. Nilai moral yang bisa diolah dan disajikan dengan sangat baik dan gak bikin membosankan. 4 thumbs up, haha. Aku pikir cuman sekali tamat aja, tapi masih ada sekuelnya toh, yasyudah aku tunggu saja kelanjutannya dengan sabar asalkan endinya harus happy ya. Gak nerima pokoknya klo milli gk bareng ama dilan sampe akhir ya....
Displaying 1 - 30 of 1,593 reviews

Join the discussion

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.