Lala Bohang lahir di Makassar dan merupakan lulusan jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan yang bekerja sebagai perupa, penulis, dan kurator untuk label buku Pear Press. Sejak tahun 2009 ia telah berpartisipasi pada beberapa pameran kelompok di dalam dan luar negeri. Tahun 2016 Lala mulai mempublikasikan buku trilogi berjudul The Book of Forbidden Feelings (2016), The Book of Invisible Questions (2017), dan The Book of Imaginary Beliefs (2019).
Mengamati 3 buku Lala Bohang (LB) ; Forbidden Feelings, Invisible Questions, dan yang masih anget di toko buku Book of Questions, seakan-akan sebagian orang menyebutnya sebagai bentuk konkret dari "arus kuat" produk generasi Milenial.
Saya anggap orang yang mengatakan demikian semacam orang-orang yang ingin memberi apresiasi dengan hidup kedap di dalam sebuah ruang yang tidak tembus cahaya.
Lahirnya buku puisi, syair, maksim, renungan dan kata kata mutiara disertai ilustrasi bukan baru sekarang ini saja. Bahkan sejak buku-buku awal Kahlil Gibran terbitan Persia sudah menggunakan itu.
LB punya keistimewaan lebih, dia menulis syair (prosa liris), dengan ilustrasi yang dia buat sendiri. Dua buku awal, ilustrasi begitu kuat dan menonjol. Ada dua peluang; yang gemar dituntun imajinasinya dengan bantuan visual akan berteriak "ini buku generasi gue (baca Milenial) banget". Dan yang lebih suka imajinasinya terbebaskan oleh visual akan merasa koyak dan terpenjara dengan kekuatan visual / ilustrasi yang LB buat.
Jika saja Gibran dan sejumlah buku lain ilustrasinya dibuat oleh seniman lain, maka akan terbuka ruang imajinasi yang bergerak bebas. Tapi LB punya kedua kaki tersebut: menulis dan menggambar. Otomatis dengan sendirinya pembaca mendapat ruang imajinasi yang ditakar oleh visual yang tersaji. Apa mau dikata, syairnya sudah dituntun dengan ketepatan pembuatnya. Seperti tak ada izin untuk beda imajinasi dan persepsi rasa.
Menanjak ke buku yang masih anget di jajajran toko buku, LB menuangkan hal yang cukup berbeda (sedikit).
Kali ini bukunya ditabalkan dengan sebuah konsep. Konsepnya menarik. Buku yang dibuat untuk bermain. Bukan untuk dibaca? Ah yang bener! Bacalah, dan jawablah. Oke ini ringan tapi punya konten. Boleh jadi dibilang, buku yang keberatan konsep. Ini terlalu nyinyir. Tapi buka saja, bukunya terus bertanya. Saya cukup terhibur. Ada beberapa pertanyaan yang sangat familiar. Banyak juga pertanyaan yang tak perlu tergegas untuk dijawab. Jadi beli buku buat apa? Pengen lihat artwork / gambar LB? Ah, kali ini bukan untuk itu. LB bertanya, siapa yang mau jawab?
Menilik buku ketiga ini, bukan juga apa yang disebut bukunya anak milenial. Pertanyaan pertanyaan yang terdapat dalam buku bersifat intim, ada unsur main-mainnya, tapi banyak juga yang sarat renungan. Menghibur? Ya. Punya kedalaman? Bisa jadi. Setelah itu? Masing masing jawab sendiri (lha memang LB maunya begitu, kok).
Jika ada yang kecewa dengan buku ini, tentu ini jawabannnya. LB sudah waktunya membuat novel grafis. Bukan hanya syair / renungan yang ditimbun ilustrasi yang (lebih) kuat.
LB bisa menuangkan gambar gambar (artwork) nya, sekaligus bercerita. Dengan novel grafis, LB akan tetap menggambar.
Barangkali dengan novel grafis, LB tidak perlu membelenggu pembaca syairnya dengan gambarnya yang kuat. Dan jangan lupa, Majane Satrapi menulis Persepolis (2000), ketika dia berusia 31 tahun. LB bisa mencobanya dan memuaskan pembaca sekaligus energi menggambarnya sekalian.
sayang aja isi bukunya hanya tentang pertanyaan2 saja dan ini lebih cocok untuk digunakan untuk bermain rame-rame macam games truth or dare gitu.. kalau dibaca sendiri agak garing juga sih dan sayang cukup mahal untuk buku yang isinya hanya tentang pertanyaan-pertanyaan kehidupan
Menurut gua buku ini sangatlah keren. Guna biar kita bisa refleksi diri sendiri. Dan bisa tau apa kurangnya diri lu itu.
Sebenernya buku ini jauh lebih seru kalo kita mainnya sama partner gitu hahaha atau sama pacar atau juga suami istri. Dari pertanyaan itu kita bisa sama-sama saling terbuka dan sama-sama jadi bahan refleksi diri dan bakalan ngerasa "oke gue gak boleh mikir gitu, oke ini kelemahan gue, oke gue gak boleh kaya gitu ke orang dan masih banyak hal laiin-lain".
Intinya buku ini wajib bagi yg ingin lebih mengenal diri sendiri dan pasanganmu.
Pernah baca sekilas di Gramed, mungkin poin utamanya adalah ini:
“Knowing others is intelligence; knowing yourself is true wisdom. Mastering others is strength; mastering yourself is true power.” ― Lao Tzu, Tao Te Ching https://www.goodreads.com/quotes/2979...
I’d recommend this book for those who likes to think and develop more time to dig more into themselves and what they want within their core. Frankly speaking, I’ve spent more than 2 months to finished this. Because all the questions were like a hammer that drill me from inside.
It helps me to overcome my anxiety and depression, to understand myself. Bagi sebagian orang, mungkin buku ini tidak menarik. Tapi bagi saya, buku ini membantu saya untuk jujur terhadap diri saya sendiri & terhadap keadaan yang sedang saya jalani. If you have mental illness and are so confused, I recommend you this book.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya tulis di buku ini. Tentu saya itu hanya untuk konsumsi diri saya sendiri.
Well, maybe some people would said this book is useless. But this book really help me to find what i really like in this life. I even carry this book to a coffeeshop when i need to be alone. This book makes me want to know me better and better. Its like, you have someone to talk. Someone that curious about you. I really love your books Lala Bohang💐💐
Buku ini sangat berguna untuk memulai percakapan dengan orang, untuk kontemplasi dan lebih mengenal diri sendiri soal pertanyaan krusial dalam hidup. Worth it! Dibaca berkali-kali dan jawab pertanyaan yang sama untuk kroscek seberapa konsisten kita.
Saya tidak pernah benar-benar membaca buku ini dari halaman pertama hingga akhir. Buku ini saya rencanakan untuk berikan kepada seseorang. Oleh karena itu malam ini juga saya menyelesaikannya. Ada banyak pertanyaan dalam buku ini, banyak yang saya suka karena membuka mata saya. Beberapa pertanyaan lain tidak relevan untuk hidup saya (dan hidup banyak orang jua saya kira). Akan tetapi, buku ini adalah karya yang kreatif. Saya mengapresiasinya!
Saya penasaran aja, kenapa mirip sekali dengan bukunya Carol Bolt (The Book of Answers). Walau memang temanya mirip, apakah beretika untuk jiplak desain bukunya dari orang lain?
Bukunya tebal sekali, tapi sayangnya ga berisi. Mengecewakan.
I always play with this book. Fun for alone or together with friends. This book also improved my english skill to try answer every questions here haha such as a bed time story or story telling challange that i've ever did before in my English Village hihi.
ini buku cocok banget kalo pengen overthinking atau mengenal diri sendiri karena sesuai judulnya isinya ya pertanyaan pertanyaan. saran aku bacanya bareng temen temen jadi rame ngobrolin hal-hal yang konyol sampe sensitif