Jump to ratings and reviews
Rate this book

Hujan

Rate this book
Tentang persahabatan
Tentang cinta
Tentang perpisahan
Tentang melupakan
Tentang hujan

320 pages, Paperback

First published January 28, 2016

About the author

Tere Liye

67 books12.7k followers
Author from Indonesia.

"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."

"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
10,014 (61%)
4 stars
4,434 (27%)
3 stars
1,346 (8%)
2 stars
313 (1%)
1 star
213 (1%)
Displaying 1 - 30 of 2,391 reviews
Profile Image for Monaria Yulius.
230 reviews16 followers
January 14, 2016
Quotes:
○ Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa.
○Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.
Profile Image for Aulia Putri.
108 reviews39 followers
January 12, 2022
2022 | Aku baca ulang Hujan karena sering dibahas akun @Literarybase di Twitter. Sama kayak dulu, aku tetap dibuat galau & sedih mengikuti kisah cinta Lail & Esok. Kedua kali baca ini, aku makin cinta & terpesona sama sosok Esok. Laki-laki jenius, pintar, macam ensiklopedia yang diam-diam perhatian, peka, his action speaks louder than word bahkan diam-diam udah mikirin masa depan dia sama Lail. Soke Bahtera & Rex Rashad make my standards for men getting higher 😭🙏.

Dari perjalanan Lail yang bertumbuh & berkembang jadi sosok yang bisa diandalkan memberiku sebuah pandangan bahwa "Segalau-galaunya kamu karena lawan jenis, jangan cuma dihabisin buat nangis, meratapi nasib, & mempertanyakan hubungan aja. Justru manfaatin waktu & kesempatan buat memantaskan diri, mengejar cita-cita, dan menjadi orang yang bermanfaat buat banyak orang".

Banyak kata bijak di dalam buku ini yang membahas soal menerima dan memaafkan. Buku yang cukup haru & menyenangkan sebagai pembuka tahun baru 2022 😢❤

Lail, kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.
Profile Image for Adininggar 'orienka'.
10 reviews3 followers
January 18, 2016
Just need a day to finish read this book..
It's an amazing book. Sampe engga mau berhenti pas bacanya.
Tentang Persahabatan. Tentang cinta. Tentang perpisahan. Tentang melupakan, dan terakhir, tentang HUJAN.
Cerita fantasi dipadukan dengan romance yang membuat pembacanya larut dalam kisah serta penuh dengan imajinasi dunia era 2042an.
bener-bener proud of Bang Tere Liye yang berhasil menuliskan buku sekeren ini.
Thanks for this great book.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books312 followers
January 21, 2016
Sebelumnya saya mohon maaf kepada fans berat Tere Liye, tetapi buku ini menurutku masih kurang terutama bagaimana Tere Liye tidak menjelaskan 'kehebatan' teknologi tahun 2050. Apalagi kisah heroik Lail dan Maryam yang sangat sinetron sekali?

Di awal saya membayangkan Tere Liye akan meramal dunia di tahun 2050 sehebat Orwell meramal tahu 1984, yang begitu detail, begitu meyakinkan, dann begitu hidup. Namun novel HUJAN ini lebih serupa dan pantas dianalogikan sebagai novel cinta-persahabatan yang kebetulan bersetting dunia 2050.

Paragraf awal sangat memukau, kita dibuat penasaran apa yang sebenarnya dilakukan Lail dan Elijah. Kemudian diseret dengan banyak adegan yang kemudian membuka tabir rahasia satu demi satu.

Kemudian adegan bencana gunung meletus, kemudian gempa dan hujan abu dahsyat menurutku sangat holywood sekali. Mungkin ini di awal yang membuat saya memasang nilai tinggi untuk novel ini. Nyatanya, mmmm (maaf, taku tdigebuki fans Tere Liye)

Pertemuan dengan Esok, berkawan dengan MAryam, menjadi relawan, menyelamatkan penduduk dari banjir bandang, kemudian mendapatkan penghargaan itu sangat sinetron sekali.....

Tapi perlu diacungi jempol adalah bagaimana Tere Liye menyimpan kejutan plot di akhir dan tentu banyak quote manis. Satu yang kusuka,
Hidup ini memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari, kapan kita akan berhenti menunggu (hal.228)

Terpaksa saya beri bintang dua, karena cerita yang sinetron sekali dan tidak konflik penting di novel ini.
Profile Image for Rain.
106 reviews17 followers
January 17, 2016
gilaaaaaaa! dibikin penasaran sampai akhir, tapi legaaaa
Profile Image for Dessy.
4 reviews6 followers
January 17, 2016
"Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." - (Hujan, Epilog, hlm. 318)


Hujan adalah novel yang saya datang bersama tiga novel lainnya yang saya pesan secara online. Lupa awalnya bagaimana saya bisa ketemu sama novel ini, ingatnya cuma novel ini bersanding sama novel pulang milik bang Tere Liye. Setelah menyelesaikan novel Rindu dan dibuat spechless sama pesan yang bertumpah ruah di dalamnya, novel kali ini pun sama. Selalu, bang Tere mampu menuangkan ide dalam cerita dengan sarat pesan moral. Saya dikejutkan kembali dengan nama-nama tokoh yang hadir di sini, setelah sebelumnya Ambo Uleng (dalam novel Rindu), kali ini saya bertemu dengan Esok. Karakter remaja laki-laki yang cerdas, cekatan, dan kuat. Kenapa terkejut? Karena jarang sekali saya menemukan nama-nama karakter dalam buku yang ketika disebutkan rasanya unik, dan Esok pun salah satunya.

Berlatar setting tahun 2040-an, Hujan membawa saya menemui kecanggihan teknologi tingkat dewa yang nggak bisa saya bayangkan. Butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk mengimajinasi benda sekecil jam tangan yang mampu melakukan banyak hal (hehe, saya memang jarang sekali membaca novel dengan genre scifi dan teknologi mutakhir lainnya) namun begitu selesai baca, ini termasuk salah satu novel yang harus dibaca.

Dalam novel ini, saya menemukan banyak hal. Tentang kehilangan dan penerimaan akan kehilangan itu sendiri, tentang persahabatan dan ketulusan dalam ikatan tersebut, tentang perpisahan dan cara menemukan jalan keluar agar tidak melulu galau dalam mengisi penantian panjang. Tokoh Lail mengajarkan pada saya bahwa dengan menolong banyak oarng adalah salah satu cara terbaik untuk merelakan kehilangan. Dengan memberi, kita sadar bahwa kehilangn bukanlah kepahitan hidup yang harus terus diratapi. Tidak, bukan seperti itu. Lail mengajarkan saya banyak hal. Juga Maryam. Sosok sahabat yang humoris dan selalu sanggup mencairkan suasana, selalu berada di samping Lail baik susah maupun senang, gadis berambut kribo yang berpikir dewasa, salah satu orang yang menjadi alasan Lail bertahan dari lelahnya berlari dan terjatuh dengan jarak 50 kilometer dalam hujan badai. Itu sungguh luarbiasa. Saya mau bilang kalau novel ini keren, bagus, karena membutuhkan imajinasi yang tinggi saat membacanya.

Bagi yang mencari novel sarat makna namun tidak membosankan, Hujan boleh berada di tingkat atas pencarian. Novel ini dikemas dengan ringan, alurnya memang terkesan agak lamban, tapi itu membuat saya bisa lebih memahami setiap kejadian di dalamnya. Dan akhir yang bahagia selalu membuat saya tersenyum setelah menyelesaikan sebuah bacaan. Esok, Lail, happy ending. Ah, saya suka happy ending.
Profile Image for fayza R.
226 reviews58 followers
February 9, 2017
awalnya mau 2(gasuka, tapi ada nilai yg bisa diambil), 2,5 lah karena endingnya, karena :

1. konflik baru muncul di halaman 250an, which is itu udah ngabisin 4/5 bagian buku buat baca tapi enggak nemu konflik yang 'ewgh'
2. heroine nya ya ampuuun, kugasukaaaaa, yang ada di pikiran heroine cuma bagaimana perasaan tokoh utama pria ke dia, kek hellooo di cerita dia masih umur remaja looh, kalo Faizah bisa bilang ke dia sih, "dear dedek, masih mudaa, masih banyak yang bisa kamu lakukan tanpa mikirin dulu apakah nanti akan berakhir dengan si doi atau tidak", kek kehilangan nafas hidup banget kalo ga ada doi, padahal mah yaa, bisa eksplor sana siniii. Heroine nya kayak gak punya passion meraih mimpi, sebel jadinya wkwkwk. Sebenernya wajar sih si heroine mikir kek gitu, karena dia kehilangan orang tua dan yang ada saat itu cuma si tokoh utama. Tapi, emosi, perasaan heroine enggak digambarkan dengan jelas dari awal mereka ketemu, jadi berasanya 'there's nothing happen with them', enggak ngerasain romance thingy diantara mereka, ya jadinya kesel wq
3. Latar belakangnya di entah belahan bumi bagian mana pada tahun 2042, beberapa alat canggih, tapi yang lainnya, cenderung terbelakang. That part dia harus lari ke suatu daerah karena enggak bisa dijangkau dengan apapun kecuali orang yang kesana, berasa "is it real 2042 dengan penjelasan teknologi yang udah canggih luar biasanya ?"
4. Bahasanya kaku banget, penjelasan bertele-tele
5. Gak ngerasaiin emosi dimainin dari awal, gak ada lucu, terharu, marah, atau apaa ya kecuali udah di halaman 250an. Feel nya datar, malah kayak "naon sih meuni riweuh sorangan iyeu tokoh"
6. Beberapa adegan clueless banget, ya masa diusir dari bus kota cuma gegara ngobrol mulu sama sahabatnya di dalem bus (?)
7. Diceritakan bahwa heroine ini tinggal di panti rehabilitasi korban bencana alam, tapi interaksi yang digambarkan cuma sama teman sekamar dan ibu asuhnya, padahal diceritakan pantinya besar, sangat disayangkan ga ada sama sekali gambaran interaksi dengan penghuni panti yang lain, ga ada bedanya kayak tinggal di kosan cuma ber-2 sama Maryam, ehe


Hal-hal yang bikin 'okelah' :
1. Tema tentang alam, tentang keselamatan bumi, tentang keserakahan manusia sampe mengorbankan bumi-nya sendiri
2. Tokoh penengah (Maryam) yang okelah buat ngehidupin suasana 2 tokoh utama yang gloomy abis
3. Ending yang lumayan menyentuh
4. Bagian tentang melupakan, menerima dll yang quoteable lah ya

Good idea, bad execution, he
Kayaknya Tere Liye suka banget sama cerita cinta saling menunggu gitu ya, iya iya sih gapapa, kodrat perempuan ya emang nunggu, tapi jadi ga iyewh kalo dijadiin tema utama cerita, yang 90% isinya nunggu tapi dengan tokoh yang ga bersemangat he

Satu buku dari tumpukan berkurang yeaaa~
Profile Image for Dipta Tanaya.
9 reviews8 followers
January 29, 2016
Hujan. Tentang Persahabatan. Tentang Cinta. Tentang Melupakan. Tentang Perpisahan. Tentang Hujan.

Saya tidak punya harapan tinggi untuk novel Tere Liye terbaru ini. Ya paling ketemu, jadi sahabat, jatuh cinta, pisah, melupakan, nangis di bawah hujan. Saya mulai penasaran karena teman saya menghabiskan buku ini dalam waktu kurang lebih 5 jam. Wow! Sepertinya menarik.

Buku ini bercerita tentang Esok dan Lail. Dua anak yang bertemu ketika sebuah bencana hebat terjadi pada 21 Mei 2042. Lail selamat dari bencana tersebut berkat pertolongan Esok. Ibunya yang saat itu bersamanya tidak selamat. Dan dimulailah kisah mereka.

Satu pelajaran dari sekian hal yang diramu oleh Tere Liye adalah tentang penerimaan. Termasuk, menerima hal-hal menyakitkan yang terjadi dalam hidup kita. Memeluknya erat. Mengajaknya berdamai. Sepertinya teorinya gampang sekali. Namun, dalam praktiknya memang susah. Susah sekali menerima segala hal menyakitkan yang terjadi. Alih-alih berdamai, mungkin justru kita akan membenci.

Penerimaan, terutama terhadap hal-hal yang menyakitkan, memang tidak gampang. Kita bisa saja bertahun-tahun menanam perasaan benci terhadap hal itu. Bersumpah tidak ingin bertemu orang-orang yang terlibat. Bersumpah ingin melupakan agar perasaan kita menjadi tenang, damai, tanpa kenangan menyakitkan itu.

Tapi ternyata, penerimaan jauh lebih bijaksana daripada melupakan. Menerimanya menjadi bagian dari diri kita. Menjadi pelajaran bagi diri kita. Dan adalah bagian dari merawat hati kita dari prasangka.

Kisah Esok dan Lail disajikan begitu mengalir. Kita juga belajar bahwa menolong orang lain itu mulia dari Lail dan temannya. Kita belajar mencintai dari ibu Esok. Dan kita juga belajar mencintai bumi. Mencintai, dengan tidak mengedepankan ego masing-masing.

Terima kasih, Hujan. Telah menemani 5 jam perjalananku.
Profile Image for Atika Julian.
10 reviews1 follower
January 28, 2016
Awalnya penasaran sama novel ini. Tapi, setelah baca lembar per lembar rasanya alur ceritanya terlalu lambat, setting ceritanya kurang natural walaupun ceritanya udah di masa depan, ada kesan maksa pada teknologi yang di ciptakan dan kemampuan ilmuwannya.

So far, ide cerita menarik. Persahabatan yang renyah dan dibalut dengan beberapa humor dari Maryam membuat kesan persahabatan Lail dan Maryam benar-benar baik. Tapi, cerita ketika Maryam dan Lail menjadi seorang relawan kok agak berlebihan ya ? Hubungan Esok dengan Lail juga kok kayanya gimana gitu. Ga natural.

Dibanding novel Tere Liye yang lain, kayanya aku paling ga suka ama cerita yang ini deh. Di 1/4 halaman terakhir aku baru ngerasa dapet ceritanya. Di 3/4 halaman pertama kesannya terlalu panjang ceritanya. Dan.. di novel ini kok quote nya dikit banget si ? Lebih banyak cerita yang entahlah itu..

Tapi.. tergantung selera juga yaa :D
Profile Image for Hanifah Rahmania.
29 reviews1 follower
February 2, 2016
Really like it. Setahu saya, novel Tere Liye hampir selalu happy ending. Tetapi ketika membaca 'Hujan', saya tetap penasaran dan bertanya-tanya apakah benar akan happy ending, karena bagian awal, tengah, dan akhir novel ini dikisahkan dengan cerita yang tidak terduga. Disamping itu, saya benar-benar menikmati alur ceritanya.

Tere Liye selalu mempunyai ide yang baik untuk menyampaikan pesan kehidupan. Melalui novel ini dan beberapa novel sebelumnya, pesan yang disampaikan adalah tentang penerimaan; menghilangkan kesedihan dengan berbuat baik, memeluk hal-hal yang menyedihkan, menyimpannya sebagai kenangan yang indah dan membahagiakan.

Saya menyukasi secara subjektif novel ini karena tokoh yang diceritakan adalah seorang tenaga kesehatan, relawan, dan ilmuwan, serta latar cerita novel ini berkisah tentang teknologi dan alam semesta.
Profile Image for Kim Lily.
122 reviews
July 2, 2023
Astaga.... Capek deh. Maaf ya, this is gonna be brutal review. Aku beneran udah meletakkan ekspektasi serendah lapisan bumi terakhir tapi jebol sampai ke bawah sangking aku ga sukanya sama buku ini. Aku memang bukan target pasar dari buku apapun karangan Tere Liye, udah berulang kali berusaha membuka hati, membaca mulai dari tentang kamu (yg menurutku agak lumayan), masuk ke bumi series (menyebalkan mampus, berhenti sampai ceros dan bertozoar) dan berusaha membuka hati untuk Hujan yg katanya bagus dan bikin nangis kejer (termakan ucapan orang dan rating goodreads) dan hasilnya? ZONK mari kita kupas

Kelebihan:
Menurutku tema yang diangkat bagus tentang bencana dan implikasinya kepada umat manusia dan bagaimana sebenarnya yang menciptakan kepunahan manusia itu bukan tentang natural selection atau dari gejolak alam tapi dari MANUSIA itu sendiri yg meminum racunnya sendiri. Ini bagus sebenarnya. Aku suka.

Kekurangan:
Gaya tulisan Tere Liye, ya Allah astaganaga aku akhirnya mendapatkan musuh bebuyutan yang pasti. Gaya tulisannya Tere Liye. Sorry to say, banyak sekali kalimat yang berulang- ulang dan terlalu berlebihan memberikan informasi. Contoh: Tablet berbentuk HVS, Sampek berulang-ulang diberitahu, pembaca udah tahu KALAU TABLETNYA SETIPIS HVS ga usah boros deskripsi.

Jokes nya cringe af, ga lucu sumpah. Cuman pas si Maryam maksa mnt taksi terbang itu doang yg lucu, sisanya, blerghhh cringe.

Nah ini paling penting
Apa yang membuat kita itu attach sama buku? Sampai susah move on? yaps TOKOH.

Mana si Soke Bahtera yang diagung-agungkan, GA ADA SATUPUN TINDAKAN DIA YG MENYENTIL HATIKU. GA ADA YG BUAT KLEPEK2. DINGIN. KOSONG. GA BEWARNA. Ga ngerti org2 suka Soke Bahtera apanyaaaaaaaa???? Yang buat dia beda dari yg lain???

Mungkin karena dia jenius, terserah okela terus? Apa? Nyelamatin lail? Udah biasa, cerita MID, mengorbankan diri untuk bersama Lail? Ninggalin emaknya? TOLOL, bagus emaknya tetap di bumi aja ngapain emaknya pigi keluar angkasa bagus bunuh diri sama-sama di bumi itu lebih indah. Keputusan dia pun agak laen. Haduh ntahla ga ngerti... Tolong jelaskan kenapa kalian suka Soke Bahtera?

Lail.....KARAKTER PALING ANNOYING ASTAGHFIRULLAH YA ALLAH AMPUNILAH DOSA-DOSAKU. Dia ngapainnnnnnn coba? Ini beneran MC kan? menye-menye, lemah, lunglai, cengeng, ga ada inisiatif, GA BEWARNA, karakter dia pun apaaann gitu ga guna, BEBANNNNNN, semua kejayaan dia tu CUMAN IKUT-IKUTAN SI MARYAM yang menurutku lebih cocok bersanding dengan Soke Bahtera, coba org ini jadi couple pasti imut. Si lail ini ga bisa ada inisiatif, ide, pikiran kritis, GA ADA keputusan apapun yg datang dari tempurung batok kelapa, kan jadi batok kelapa yg kutulis. BATOK KEPALA dia.

Terus penggambaran karakter dia tu ga ada sama sekali. Maksudku dia tu gmn orgnya (selain menye-menye, ikut2an menyedihkan temennya) . Jiwa dia tu gimana, aku cuman tau dia tu suka hujan doang udahhhhh ga ada yg Laen, punya bapak sama mamak udah tok. Jadinya apa? Sepanjang baca 318 halaman aku menjerit karena frustasi melihat tokoh MC menjengkelkan kek gini, aku baca buku tu untuk senang-senang bukan makin naikkan tensi.

MINIM IDENTITAS

Semua tokohnya minim identitas diri, kurang deskriptif untuk menggambarkan siapa tokohnya. Akhirnya? Pembaca kurang bisa terikat kepada tokoh, tokohnya kosong, ga bewarna. Pembaca kurang terikat dan bum akhirnya aku g merasakan perasaan apapun ketika tokoh manapun sedih atau melalui situasi yg menyedihkan.

Dan yg terakhir untuk deskripsi teknologi lumayan tapi masih belum maksimal (padahal bisa) aku g bisa membayangkan kota nya gmn yg futuristik dan ada beberapa deskripsi yg kurang contohnya gaun yg dipilih itu warnanya apa bentuknya gimana, ga tau, nah warna mata dan rambut si lail aja aku g tau gimana bentuknya jadi kek ah sudahla.

TIDAK ADA CHEMISTRY
Apa chemistry nya ga ada, membosankan. Akupun g baper, ga ada tingkah laku si Soke Bahtera yg membuat baper sama sekali. Membosankan. Interaksi sekali ketemu juga ngapain? Ga ada ngapa2in sumpah ga guna

Kesukaan seseorang dan pandangan tentunya sifatnya subjektif. Jadi ini adalah review subjektif dari aku. Terima kasih
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Nurul  Iskhak.
51 reviews4 followers
January 16, 2016
:D yeay! Bimbang harus memulai review seperti apa, karena novel ini sukses membuat baper! Parah, ih, Bang Tere T.T hehehe.
Terharu juga, bahwa di novel ini, pemeran utamanya adalah perawat! Bang Tere juaraaa banget. Perawat dengan segala aktivitas kerennya (uhuk, agak subjektif jadinya :p). Okey, saya lanjutkan review objektifnya.
"Urusan perasaan, sejak jaman prasejarah hingga bumi hampir punah, tetap saja demikian polanya. Rumit." -halaman 172-. Harus diakui, cerita di sini bikin gemes sampai di detik2 terakhir. Plis, jadi baper dikit saat baca. Tapi overall, bagus. Ya, ya, saya percaya, untuk soal perasaan, bersabar adalah kuncinya. Meskipun akan sering nyesek-nya daripada seneng-nya. Tapi di balik itu semua, tidak ada kesabaran yang sia2. Worth it.

"Karena kehilangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya." - page 201-.

"Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan cinta itu sendiri. Rasa sukanya sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, sulit dilukiskan kuas sang pelukis, tak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun."

Dan bagiku, aku menyukai hujan rintik-rintik. Dia disebut gerimis. Apalagi jika bersama2 denganmu. Gerimis romantis :p Dear, you. Selamat menikmati hujan!
Profile Image for Aso.
214 reviews44 followers
July 4, 2016
2 dari 5 bintang

Sangat banyak potensi di dalam buku ini yang bisa membuatnya menarik, tapi akhirnya tidak tergali karena penulis lebih fokus ke kisah Lail dan Esok yang klise dan membosankan. Karakter Lail dan Esok tidak terbangun dengan baik, bahkan saya merasa mereka tidak memiliki karakter. Hanya Maryam yang sedikit menghibur, itupun karakternya tipikal karakter teman penggembira.

Awalnya sudah sangat menjanjikan, kejadian gunung meletus/gempa buminya mengingatkan saya pada bagian awal dari buku The Kill Order nya James Dashner. Ini membuat saya bersemangat, tapi setelah itu membosankan. Nah, menuju akhir, bagian yang kapal kapalan itu, saya pikir akan memberi rasa deg degan seperti saat pemilihan tribute Hunger Games, tapi sekali lagi potensi ini dibelokkan ke hal yang klise.

Penulis memasukkan sangat banyak unsur ke dalam cerita ini, seperti setting waktu di masa depan, teknologi canggih, apokaliptis, romansa dan rentang waktu yang cukup panjang, dari Lail berusia 13 sampai 20 tahun. Namun, melihat bukunya yang hanya 318 halaman, tentu saja tidak cukup. Alhasil tidak ada unsur-unsur tadi yang dibangun dengan sempurna. Kejadian demi kejadian terjadi hanya sambil lalu. Kejadian yang seharusnya mengharukan tidak terasa karena kurang nya backstory yang mendukungnya.  Teknologi yang dijelaskanpun kurang meyakinkan, seandainya bukunya ditambah 100 halaman lagi sehingga Tere Liye  bisa menambahkan detil detilnya lagi, mungkin akan lebih menarik.

February 1, 2016
Hujan. Tentang Persahabatan. Tentang Cinta. Tentang Melupakan. Tentang Perpisahan. Tentang Hujan.
Pada awalnya, saya berpikir kalau novel ini hanya menceritakan tentang dua orang yang bertemu, bersahabat, saling jatuh cinta, dan entah apa alasannya lantas berpisah hingga berupaya melupakan. Tapi nyatanya berbeda, saya mengagumi Lail yang meski di saat-saat pelik ia baru bisa 'menerima' semuanya, bukan melupakan.
"Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." - Hal.318
Penerimaan. Memeluk semua luka. Menerima hal-hal yang menyakitkan dengan hati yang lapang. Meski tidak mudah, tapi setidaknya menerima akan lebih bijaksana daripada melupakan. Menerima sebagai bagian dari perjalanan hidup kita.
Sebuah pesan lain yang menarik bagi saya adalah tidak grusa-grusu dalam sebuah tindakan, tidak terburu-buru menerka-nerka dan berburuk sangka, padahal bisa saja akhir dari semuanya adalah kebahagiaan, yang meski pada awalnya terlihat tidak mungkin.
February 1, 2016
ceritanya umum. tentang dua anak manusia, seorang laki-laki dan perempuan. Namun setting yang diberikan oleh Tere Liye itu begitu keren. Sesuatu yang bisa jadi terjadi jika kita melihat kondisi bumi sekarang, sesuatu di depan, yang tidak semua orang terpikirkan, bahkan untuk sekedar memperkirakannya.

2 acung jempol saya berikan untuk setting cerita "Hujan" :)
Profile Image for Elvira Susiana.
22 reviews4 followers
January 30, 2016
Kyaaaa setelah menunggu hampir setahun akhirnya keluar juga buku ini dan sangat tidak mengecewakan sekali jalan ceritanya. Meskipun agak dibuat sedikit kesel diakhir-akhir sama Esok.

Jatuh cinta sama cover depannya <3 <3

"Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya menetap dihati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka biarlah begitu adanya, biar menetap dihati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian."
Profile Image for Siqahiqa.
512 reviews108 followers
March 26, 2020
“Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang”.

Ini adalah naskhah kedua yang dibaca daripada penulis Tere Liye. Membuatkan aku semakin jatuh cinta dengan penulisan beliau. Hujan adalah sebuah naskhah yang membawa mesej mengenai persahabatan, cinta, melupakan, takdir, kehilangan, perpisahan dan kemanusiaan.

Dalam hidup Lail, hal-hal penting selalu terjadi saat hujan sehingga dia mahu melupakan hujan dari kotak ingatan. Ada dua garis masa dalam naskhah ini iaitu masa kini dan masa lalu (sepanjang 8 tahun lepas). Cerita Lail membuatkan aku tertarik secara emosional dan sepanjang membaca naskhah ini, sering aku bertanya faktor yang menyebabkan Lail melakukan terapi untuk melupakan ingatan tertentu.

Kerana apa aku bertanya sebegitu? Kerana cerita Lail sangat berbeza walaupun permulaan cerita sangat tragik dengan bencana alam yang memusnahkan negara. Pertemuan antara Lail dan Esok berlaku ketika bencana alam ini. Takdir menemukan mereka dalam keadaan menyedihkan dan mereka kekal bersama walaupun semakin lama hanya setahun sekali bertanya khabar.

Plot cerita berkembang dengan baik juga seiring dengan perkembangan setiap watak. Lail dan Esok masing-masing mempunyai matlamat sendiri, Lail bersama kawan baiknya Maryam daripada hanya kawan sebilik di panti sosial sehingga menjadi relawan bersama. Semuanya teratur dan indah sekali.

Bukan hanya kisah mereka bertiga dalam naskhah ini. Ada diselitkan juga mengenai beberapa bencana alam berlaku dan bagaimana mereka menangani isu itu. Sangat membuka mata dan membuatkan aku kagum dengan semangat relawan Lail dan Maryam 👍🏻 Tiada watak antagonis dan dengan ini pembaca boleh mendapat inspirasi dengan sikap positif semua watak. Mesej dan pengajaran yang sangat mendalam juga buat semua pembaca.

Aku sangat galakkan korang membaca naskhah ini. Cerita yang sangat berbeza, disusun rapi dan bisa mengalirkan air mata di hujung cerita 🥺

instagram.com/siriusiqa
Profile Image for Erma.
Author 1 book7 followers
January 31, 2016
Hujan mengemas semuanya. Mulai dari tema dan feel pembaca.
Bang Tere mampu mendeskripsikan hal-hal yang tidak bisa saya jelaskan di buku ini, terima kasih bang :D
Dan ketika rintik Hujan kadang membuat baper, novel inipun demikian. hahaha
12 reviews2 followers
February 4, 2016
SUPER DUPER KEREN! Sci-Fi romance yang bikin kita semua penasaran dan alur cerita yang tidak tertebak. Manisnya jatuh cinta tergambar indah di buku ini

Tentang merelakan. Karena jatuh cinta bukan hanya tentang memiliki :)
Profile Image for Vera Maharani.
304 reviews78 followers
December 15, 2019
Yang akan kamu temui saat membaca novel ini :
1. Penggambaran cukup meyakinkan tentang keserakahan dan ketakacuhan manusia terhadap iklim dunia
2. Imajinasi menarik tentang bagaimana teknologi akan tampak di tahun 2050
3. Quotes, terutama berkaitan dengan hubungan/percintaan. Beberapa tampak akrab, karena mereka sudah seliweran duluan di medsos sebelum FR dengan baik hati meminjamkan buku ini buat saya.
4. Tokoh sidekick yang menjalankan fungsinya dengan baik sebagai pencair suasana. I heart you, Maryam, bahkan dengan rambut kribomu! Terima kasih sudah jadi satu-satunya tokoh dengan semangat juang dalam cerita ini.

Yang tidak akan kamu temui dalam cerita ini :
1. Tokoh utama wanita yang punya tujuan hidup selain bersama dengan tokoh pria di akhir cerita.
2. Emosi. Untuk sebuah buku yang mencakup bencana-bencana alam besar, kehilangan, dan cinta, juga memasukkan pemetaan syaraf dan modifikasi memori berdasarkan emosi negatif ke dalam plot, this book is surprisingly lacking in emotion. Jadi bertanya-tanya apakah bakal lebih menyentuh kalau diceritakan dari sudut pandang orang pertama? (TAPI OGAH JUGA SIH ADA DI KEPALA LAIL YANG ISINYA MENYE-MENYE SOAL ESOK MELULU)
3. Percakapan yang luwes. Pada tahun 2050, di kota Anonim, Negeri Tropis Anonim, semua orang bicara dengan gaya bahasa super kaku. Kayak novel terjemahan, tapi bukan terjemahan yang bagus. Karena settingnya di kota anonim dan latar belakang budaya dan sosialnya nggak disentuh, karakterisasinya jadi makin hilang warna.

Kesimpulannya: idenya saya sukaaaaa banget! Latar belakang bencana gunung meletus, gempa 10 skala richter, perubahan iklim dunia, bagaimana manusia menyikapi itu semua...saya ngerti kalau Tere Liye jadi lebih tertarik untuk mendeskripsikan itu semua daripada kisah cinta Lail-Esok. Masalahnya, cerita ini dilihat dari sudut pandang Lail selama dia menjalani terapi modifikasi memori, seharusnya Lail menjadi lebih sentral buat cerita ini. Emosi Lail, bagaimana Lail melihat dunia, bagaimana Lail terpengaruh oleh itu semua. Sayang, cuma Esok yang mempengaruhi hidup dan emosi Lail, dan Esok nggak semenarik latar bencana alam. Akhirnya latar sekadar latar, sajian utama novel ini buat saya adalah cerita cinta yang terlalu mengambang dan terlalu banyak penantian nggak perlu.

P.s. makasih FR atas rekomendasi buku ini. I can see why you think this would suit my taste - the premise does! Sayang buat bukunya Tere Liye, saya rasa saya lebih cocok sama bukunya yang minim cinta-cintaan (dan kalo bisa lebih sedikit tokoh laki-laki Gary-Stu)
Profile Image for Johanna.
202 reviews28 followers
February 10, 2021
Interesting introduction, set in a dystopian Earth in the 2040s with many environmental problems (there is no mention which country/nation, only the tropical region). As the plot progresses the story became more and more absurd. This shouldn't even be called a science fiction book as this book left out many scientific facts, theories, and principles to support its settings, characters, and themes.

The main character, Lail, was without question the most annoying heroine in a book. She was too sentimental yet timid and senseless, with no real action. Most of the things she did; signing up as a volunteer, rescuing the people downstream from the dam failure, and going to nursing school were all because of Maryam. The other main character, Esok/Soke, sounded too good to be true for a teenager. Did I mention there is no character development whatsoever??

(It's the first time in a long time that I read a fiction book in Bahasa)
Profile Image for Azzam Alfa.
38 reviews1 follower
December 4, 2016
Sumpah novel ini keren!! Campuran antara scifi, fantasi dan romance!! Adaa aja idenya Tere Liye! Jadi keinget serial Divergent pas baca awal awal, tp ditengah berasa di novel Bulan.. dan endingnya.. aw aw!! Great!!
Profile Image for Najihah Nor Hassan.
29 reviews2 followers
November 3, 2022
Dibaca 26 Oktober -1 November. Ini kali pertama aku membaca novel Tere Liye.

Hujan (2016), sebuah karya sci-fi berlatarkan tahun 2042-2050 dgn kecanggihan teknologi. Ia menggambarkan kereta terbang tanpa pemandu, keefisienan mesin serta robotik di mana-mana toko bangunan dan institusi. Heronya, Soke Bahtera atau Esok ialah seorang saintis genius dalam bidang sains angkasa.

Novel ini boleh juga dicirikan dlm tema distopian: bagaimana pemerintah mengawal populasi manusia melalui intervensi perubahan iklim dan bencana alam. Dua sahabat, Lail dan Maryam memilih cita-cita sbg sukarelawan meredah kota-kota terisolasi, merawat masyarakat dlm kemelaratan, wabak penyakit dsbgnya.

Semoden apapun kehidupan manusia, kita tak terlepas dari fitrahnya berperasaan. Lail tahu mengenai teknologi menghapus ingatan yg mujarabnya boleh mengubat luka di hati. Tetapi apakah perlu setiap pahit kenangan dipadam atau dilupakan terus dari kotak ingatan? Tere Liye memberitahukan kita bahawa bukan melupakan yg jadi masalahnya, tetapi menerima. Acceptance. "Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika ia datang kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan titis air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu hingga selesai dgn sendirinya."

(3.5⭐ untuk naskhah Hujan ini. Novel ini belum cukup futuristik, ia bergantung pada alatan teknologi semata. Tere Liye hanya menyebut latar tempatnya di negara tropika tapi entahlah aku selalu terbayang kota-kota di Indonesia. Rimas dgn watak Lail sbg heroin yg tak mandiri, mesti dipimpin dan didukung oleh hubungan cinta Esok dan persahabatan Maryam. Tapi bila-bila nanti aku akan cari lagi novel Tere Liye yg lain.)
Profile Image for Triz.
16 reviews
February 12, 2022
Gak tahu harus mulai dari mana untuk ngereview buku ini.............
Disclaimer, aku ga ngikutin Tere Liye dan kayaknya seumur2 baru dua kali baca buku beliau, Hujan dan satu lagi bukunya yang aku bahkan udah lupa judulnya (mungkin karena bacanya waktu masih SMP/SMA dulu). Lupa total dengan cara penulisan beliau.

Tapi saat baca Hujan ini... duh apa ya? Premis ceritanya bagus, berpusat tentang alam dan keegoisan manusia yang diselingi dengan percintaan antar kedua tokoh. Di awal-awal bab Tere Liye sukses bikin aku penasaran, "kenapa sih Lail mau menghapus memorinya? Ini settingnya tahun berapa? Di negara mana? Tokoh-tokohnya orang Indonesia bukan sih? Wah menarik ya ala-ala Eternal Sunshine of the Spotless Mind gitu". Sayang, setelahnya aku dibikin gondok dan kesel sampai akhir kalimat epilog.

Dari segi penulisan yaa.. Astagaa ini mungkin pure soal selera, but I can say Tere Liye's writing style is really not for me. Boros, inti dari 1 paragraf bisa dirangkum dalam 2 kalimat. Kalimatnya pendek-pendek, yang sebenernya ga terlalu menggantung, tapi rasanya kayak ada yang ngeganjel. Kurang dielaborasi, kayak... "Lail membaca buku. Lail menyukai buku itu. Setelah itu Lail menceritakan isi buku itu ke Maryam." I'm so sorry but there's nothing that amazes me in terms of his writing:( And this is so disappointing knowing how famous he is.

Selama baca buku ini suka mikir ini pengarangnya orang Indonesia atau asing ya? Kenapa berasa lagi baca buku terjemahan? Sebenarnya gak masalah kalo emang lagi ga dialog antar tokoh, tapi duuuh bahkan saat tokoh-tokohnya bicara aja tuh kaku bangettt. Kayak gak mungkin aku ngomong sama temen sendiri tuh kayak Lail - Maryam ngobrol, kaku dan formal banget. "Kenapa kamu tertawa?" Ini aneh bgt IMO, kenapa gak, "kenapa ketawa? kok ketawa sih?" lebih terdengar relatable. Sayangnya seluruh dialog disini berasa lagi baca dialog yang diterjemahin dari bahasa asing. Biggest turn off ku sama Hujan mungkin dari gaya penulisan Tere Liye, dan ini memang subjektif dan mungkin memang aku gak termasuk dari target pasar beliau.

Buku ini tuh sudut pandangnya orang ketiga serba tahu, yang jujur menurutku lebih enak di ambil dari orang pertama. Apalagi ini tuh banyak porsi yang menceritakan pengalaman mengalami suatu tragedi besar. Mungkin kalau dari sudut pandang orang pertama aku bisa lebih merasakan simpati ke tokoh-tokohnya.

Dilihat dari sisi penokohan, ga ada yang bisa bikin aku nyambung. Jujur aku baca buku ini karena kegocek sama litbase yang buanyakkk banget ngefans sama Soke Bahtera, si yang pinter, yang ganteng, keren, dll. Tapi sampai detik aku selesai baca epilog, asli ga ada sisi yang bikin aku naksir dan klepek-klepek seperti yg lainnya. Oke dia digambarkan sebagai anak jenius bahkan dari masih SMA, loncat dari kelas 10 langsung 12, masuk univ terhebat, ikut proyek rahasia, tapi tuh......... sebenernya penjelasan soal kejeniusannya Esok tuh ya gitu aja??? Kayak masih kurang untuk percaya kalo dia emang sehebat itu. Ok dia waktu umur 15 tahun ide buat masukin pipa2 ke tanah untuk ambil air bersih, ok dia jago interaksi dengan orang2 di tenda penginapan, ok dia pinter gali informasi terkini dari keluwesan dia interaksi dengan orang baru, but that's it??? Apa yaa menurutku Tere Liye kurang menggali karakter 'si anak jenius' nya Esok untuk bikin aku percaya kalo dia emang jenius. Sadar gak sih karakter dia tuh sebenernya jarang muncul di buku? Mungkin 70 - 80 persen isinya Lail? Jadi kayak... apasihhh yang sebenarnya bikin orang baper sama Esok???? Karena di awal cerita dia dengan heroiknya nyelamatin Lail dan secara tidak langsung jadi her knight in shining armor??

Lail juga... walaupun semua karakter disini ga ada pengembangannya sama sekali, tapi dia pemegang urutan satu tokoh paling annoying yang pernah aku temui. Oke ceritanya tragis, kehilangan ibu di depan mata sendiri, ayahnya meninggal terbawa air tsunami, hidup sebatang kara. I thought her tragedies will drive her to be 'something' in the future, tapi gaakkk ga ada sama sekali. Semua pilihan hidupnya cuma ikut-ikutan si Maryam temennya. Paling keputusan yang dia mau cuma untuk ngehapus ingatannya itu, selain itu gak ada pilihan yang dia ambil benar-benar karena kemauannya sendiri. Trus tuh okelah dia baper sama sikap Esok selama ini ke dia, tapi apa salahnya siihhh untuk ngobrol duluan? Oke kalau dia ga mau menghubungi Esok untuk menyatakan perasaan yaa, karena mungkin dia insecure bisa merusak pertemanan mereka selama ini. Tapi kenapa sampai gengsi banget ya untuk nanya kabar sebagai teman? Toh mereka selama setahun di pengungsian itu emang udah kaya kakak - adik gitu lho, harusnya toh ga ada jarak di antara mereka. Dengan berpuluh-puluh bab dia longing over Esok, telfon gak yaaa, ternyata sampai akhir gak dia lakuin, WHICH IS REALLY FRUSTRATING.

Trus tuh 3/4 sebelum tamat, ternyata 'rahasia besar' buku ini baru terkuak. Yang mana.......... nanggung amat?? Trus kayak kok orang-orang yang ga termasuk dari 10 ribu itu santai banget yaa?? kalo aku sih ngamuk lolllll. Latar tahun dan dunia serba modern yang dideskripsikan Tere Liye gak bikin aku terkesima, malah terkesan biasa aja. Entah, mungkin karena cara beliau menjelaskannya yang kurang ekspresif, kurang imajinatif, atau apapun itu. Tapi yang bikin bingung, dengan semua robot-robot yang mereka punya, seharusnya bisa banget deh itu meringankan beban tugas tim Relawan? hahahahah.

Sebenernya masih banyak keluh kesah sama novel ini, bener-bener reading experiencenya yang kacau hahaha. Tapi sumpah aku bukan haters Tere Liye atau apapun itu. Ini pure kecewa karena ekspektasi ku tinggi banget............. melihat respon orang di litbase (ya ok ini pelajaran emang selera banyak orang di litbase bukan berarti masuk di gw juga hahah).


TAPIIIIIIIIIIII, ada kok bagian yang aku suka. Sukaakkk bgt pesan-pesan tentang kelakuan manusia bobrok yang maunya cuma untuk kepentingan mereka aja tanpa memperdulikan alam. Takut banget sebenernya nanti kita akan mengalami yang dialami di buku ini. Terus bagain gunung meletus, proses penyelamatan, tenda pengungsian.. nah ini mungkin bagian yang bener-bener aku suka dari Hujan. Feelsnya kerasa bgt!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Arini.
6 reviews
February 12, 2016
My first Tere Liye's book! At first i don't think that i would like the story, but as the story goes, I just love it, despite some scientific stuff in the story that I don't understand. I love how Tere Liye makes me, as a reader, feel what Lail feels. Her happiness, sadness, confussion, all of her emotions. And how the story teaches me something about letting go, sincerity, and about being grateful. Oh and I also love the idea of memory modification therapy, it would be real cool if the scientist could make that technology happens haha.

And the ending at therapy center is everything!! I really feel what Esok feels that moment. Btw thank you Tere Liye for makin me in love at my very first time reading your book :)
February 4, 2016
"...ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu helaan nafas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok. Tak pelak lagi, kamu sedang jatuh cinta..."

Welcome HUJAN...
Ada yang suka Hujan?
Ahha, hampir semua orang suka dengan momen Hujan. Apalagi jika sudah lama tidak turun hujan, menyejukkan, aroma tanah basah menjadi sesuatu yang dirindukan. Asal bukan hujan yang di hiasi petir dan angin kencang.

Well, kembali ke HUJAN.
Kalian suka Hujan? Apakah setiap kejadian penting dalam hidupmu terjadi saat Hujan turun? Cinta misalnya, bertemu seseorang yang selalu ada di hatimu. :D

Jika iya, itu kabar buruk. Ketahuilah, jangan pernah jatuh cinta saat hujan turun. Karena ketika besok lusa kalian patah hati, setiap kali hujan turun, kalian akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu. Masuk akal, bukan? :D (salah satu kutipan favorit saya di novel ini)

Cerita di buka dari pasien perempuan muda yang seminggu lagi tepat berusia ke 21 tahun, di tahun 2050. Wow wow wow... tahun 2050? yah emang begitu, stop jangan bahas tahunnya, kita lanjutkan ceritanya.

Adalah Lail, gadis 21 tahun kurang seminggu, yang memasuki ruang sederhana 4x4m. Jangan salah, ruang ini memiliki teknologi dan berperalatan medis paling maju. Teknologi terapi yang tidak pernah dibayangkan manusia sebelumnya. Yaps, terapi. Lail memutuskan memodifikasi ingatannya, menghapus kenangan menyakitkan. Apalagi kalau bukan kenangan tentang "Hujan"

Setting berpindah ke tahun 2042. Saat Lail berangkat sekolah di hari pertama SMP, di antar ibunya dengan kereta bawah tanah super canggih yang pernah ada. Tentu saja teknologi saat itu sudah amat maju pesat. Handphone digantikan oleh layar sentuh berukuran 2x3 cm sekaligus sebagai alat pembayaran apapun, alat ini tertanam di lengan. Emejing sekali, bukan?

Kembali ke cerita, saat itu gerimis sedang turun. Beberapa menit setelah Lail dan ibunya naik kereta canggih, sebuah bencana yang tidak terduga menjadi muasal cerita ini. Gunung meletus, sebuah gunung purba meletus, ledakannya bahkan terdengar hingga radius 10.000km, Terdengar keras dari kota Lail yang berjarak 3200km. Bukan ledakannya yang membuat kacau, melainkan beberapa menit kemudian terjadi gempa super dahsyat yang pernah ada. Gempa bumi berkekuatan 10SR. Keretan sudah berhenti saat gempa terjadi,

Lail, ibunya dan semua penumpang kereta panik. Pemandu kereta mengevakuasi penumpang, keluar melalui tangga darurat. Sayang, ketika Lail sudah hampir sampai di ujung tangga, gempa susulan terjadi, dinding lorong retak, dalam hitungan detik, ambruk mulai dari bagian terbawah, ibu Lail tertimbun sudah, Lail menangis, berteriak, hendak jatuh juga. Beruntung seorang anak laki-laki berusia 15 tahun mencengkram tas punggungnya. Lail tertolong. Seketika mereka berdua bisa keluar dari tangga darurat. Tiba di permukaan dengan kondisi kota yang sudah hancur, tidak ada yang tersisa, rata dengan tanah. Gerimis membuat suasana hati Lail semakin mendung. Saat itulah, untuk pertama kalinya Lail tidak menyukai Hujan. Perkenalan dengan anak lelaki berusia 15 tahun terjadi, Esok namanya. Dia juga kehilangan empat kakak lelakinya, tertimbun bersama ibu Lail.

Keajaiban menghampiri Ibu Esok di toko kuenya yang tidak ambruk, hanya retak-retak, rak-rak kue berserakan, salah satunya menimpa Ibu Esok. Ibu Esok selamat meski kakinya harus di amputasi.

Ada delapan pengungsian di kota, namun Esok memilih pengungsian nomor dua di stadion dekat rumah sakit, agar leluasa menjenguk ibunya di rumah sakit. Hari berikutnya, Hujan abu sampai di kota mereka, tidak tanggung-tanggung, sampai 5 cm tebalnya. Singkat cerita, Lail yang masih dirundung kesedihan ditinggal mati ibunya ditambah mendengar kabar buruk tentang kepastian ayahnya meninggal, ia kembali mengunjungi lubang tangga darurat, tempat ibunya mati tertimbun, tanpa sepengetahuan Esok. Di tempat inilah, untuk kedua kalinya Esok menolong Lail dari hujan Asam. Sejak saat itu, Lail akan menurut dengan Esok, sejak saat itu pula, Esok menjadi seseorang yang amat penting dalam kehidupan Lail. Hari-hari di tenda pengungsian dilaluinya bersama.

Selanjutnya, kehidupan berubah drastis. kebersamaan Lail dan Esok harus mengalami perpisahan. Esok diangkat menjadi anak angkat wali kota, termasuk diperbolehkan ikut ibunya yang sekaligus akan mendapat pengobatan gratis dari Wali kota. Lail masuk panti sosial. Mereka jarang bertemu, sekali bertemu Esok mengajak Lail bersepeda berkeliling kota. Yang justru akan membangun rasa cinta di hati Lail.

Waktu melesat cepat.

Pertemuan mereka semakin jarang terjadi ketika Esok harus kuliah di luar kota. Hanya setahun sekali bertemu. Bahkan ada bagian dimana Lail bertemu Esok setelah dua tahun tidak bertemu. Tepatnya saat Lail mendapat penghargaan bersama Maryam, sahabat terbaiknya yang hidup sekamar di Panti Sosial.

Ah, iya, Persahabatan Lail dengan Maryam yang berambut Kribo ini, patut di acungi jempol. Disinilah letak kisah tentang persahabatan dalam novel Hujan yang di maksud Tere Liye. Entahlah, aku malah jatuh cinta dengan sosok Maryam. Seorang sahabat yang bisa menjaga rahasia temannya, yang selalu ada untuk temannya. Ah, sosok seperti ini memang selalu ada dalam kehidupan nyata.

Kembali ke laptop.

Lail dan Maryam mendapat Penghargaan karena dedikasinya sebagai relawan yang berhasil menyelamatkan 14.000 penduduk kota dari bahaya jebolnya bendungan. Lail dan Maryam mati-matian berlari dari kota atas, sejauh 50 kilometer melewati hutan, tanah basah, di bawah hujan badai, dengan suhu dibawah 5 derajat celcius. Saat itu mereka baru berusia 18 tahun. Lail dan Maryam mendapat penghargaan pada sebuah acara peringatan 5 tahun berdirinya Organisasi Relawan yang juga di hadiri Bapak Gubernur.

Siapa yang tidak senang, hati berbunga saat bertemu seseorang yang selalu ada di hati, seseorang yang bahkan bayang-bayang wajahnya tak pernah pergi dari sisi. Esok memberi kejutan kepada Lail dengan datang saat Lail mendapat penghargaan. Tidak lama memang, tapi itu amat berkesan bagi Lail.

Setelah kejutan luar biasa dari novel Pulang, Tere Liye kembali memberi kejutan melalui novel Hujan, dimana novel ini sedikit banyak justru membahas hal-hal ilmiah. Seperti di awal cerita yang disuguhkan dengan alat-alat kesehatan super canggih yang bisa memodifikasi ingatan. Ada juga kursi roda super canggih yang dipakai Ibu Esok. Kalian yang suka narsis pake Tongsis, di novel ini sudah 30 tahun Tongsis punah, di gantikan kamera kecil seukuran kumbang yang bisa terbang, cukup di gerakkan dengan telapak tangan. Keren, bukan?

Bahkan musimpun bisa dimodifikasi, meski justru menimbulkan bencana yang amat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Bayangkan saja, negara Indonesia yang tidak ada musim salju, tiba-tiba jalanan di penuhi gundukan salju, pepohonan tertimbun salju, ternak mati kedinginan. Jangan tanya padi, gandum dan makanan pokok lainnya, pasti susah mencarinya.

Cerita mulai merangkak menuju klimaks ketika Esok menjelaskan sesuatu kepada Lail tentang proyek rahasianya. Esok yang diperankan sebagai tokoh genius memang disibukkan dengan mega proyek kapal antariksa berukuran 6km dengan lebar 4km setinggi 800m di universitasnya, Proyek rahasia yang membuat ia terpaksa jarang menemui Lail. Untuk apa kapal sebesar itu? untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan.

Musim salju memang berhasil di taklukkan dengan mengirim pesawat ulang alik lantas menyemprotkan anti gas sulfur dioksida di lapisan stratosfer. Namun bencana baru datang lagi, berupa musim panas yang terus menerus. Tidak ada awan, dipastikan tidak akan pernah ada Hujan. Hujan hilang dari muka bumi, sementara cuaca panas akan terus meningkat, akan mencapai suhu yang paling mematikan yang bisa membuat manusia punah.

Ada 4 kapal yang di buat di 4 negara berbeda, salah satunya Indonesia. Namun hanya ada 10.000 orang di masing-masing kapal yang dipilih secara acak di seluruh dunia. Esok mendapatkan satu tiket karena jasanya turut membuat kapal antariksa, namun saat pemilihan penumpang secara acak, Esok juga terpilih lagi. Jadilah Esok memiliki 2 tiket untuk ikut ke dalam kapal antariksa yang akan menjadi tempat pengungsian, keluar dari bumi selama Bumi masih mengalami musim panas mematikan.

Di lain sisi, Lail berharap Esok akan memberikan tiket itu kepadanya.

24 jam sebelum kapal itu beragkat, Lail justru mendapat ucapan terimakasih dari Wali kota atas terkabulnya permintaan Wali kota kepada Lail, agar menyuruh Esok memberikan tiket itu kepada Claudia putrinya. Padahal Lail sama sekali belum pernah menerima kabar dari Esok tetang tiket itu.

Lail kecewa dengan keputusan Esok yang lebih memilih Claudia dibanding Lail. Dalam pikirannya, Esok justru mencintai Claudia, Esok hanya menganggap Lail seorang adik saja, tidak lebih, tidak kurang. Hingga Lail tiba di ujung kesabarannya, Lail memutuskan untuk memodifikasi ingatannya tentang Hujan, saat hujanlah Lail pertama kali mengenal Esok. Saat hendak hujan Asam, Esok menolong Lail. Kenangan-keangan itu ingin Lail hapus dari ingatannya.

"Apa yang terjadi, jika hujan tidak pernah turun lagi? Apa yang terjadi, jika kamu tidak pernah mengingatku lagi? Seperti orang-orang yang lupa tentang hujan?"

Seperti biasanya, Tere Liye selalu menghadirkan tokoh bijak dalam setiap novelnya. Jika dalam Novel Pulang ada Tuanku Imam, di Novel Rindu ada Gurutta. Maka di Novel Hujan ada tokoh Elijah, paramedis senior yang hendak membantu Lail menghapus ingatannya.

"Ratusan orang pernah berada di ruangan ini. Meminta agar semua kenagan mereka dihapus. Tetapi sesungguhya, bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, maka dia tidak akan bisa melupakan."

Lantas, benarkah Esok memberikan satu tiket itu kepada Claudia, puteri Wali kota, yang notabennya adalah adik angkatnya?
Apa yang terjadi jika modifikasi ingatan Lail berhasil di lakukan?

"Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar.
Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian."

Novel ini juga berkisah tentang kepastian yang tidak pasti, tentang kabar yang hampir tidak pernah dikabarkan. Hingga membuat sepasang kekasih yang saling mencintai, juga saling menunggu untuk saling mengungkapkan.

"Hidup ini memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari: Kapan kita berhenti menunggu."

Novel ini memang tentang hujan. Tapi bisa di baca kapanpun di musim apapun. Jangan menjadi orang yang rugi tidak membaca novel ini. Buruan beli, sudah tersedia di toko buku terdekat sejak 28 Januari 2016.

"Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa melepaskan..."

Review ini masih jauh dari isi keseluruhan. Tapi, setidaknya cukup mewakili isi buku, agar kalian semakin mantap untuk membeli atau membaca Novel Hujan, karya terbaru Tere Liye.
June 23, 2023
Novel ini sebenarnya genre fantasi romantis tapi aku ngerasa gabisa mentolerir beberapa hal yang ga masuk akal menurutku. Maaf sekali untuk review kali ini, kedua kalinya aku kecewa dengan novel Tere Liye.

Sejujurnya novel ini secara keseluruhan menurutku Meh banget. Sebab gaya kepenulisannya kayak ga menggambarkan karya seorang sastrawan. Banyak kalimat yang diulang-ulang. Banyak paragraf yang ga penting, kesannya kayak cuma manjang-manjangin kalimat, jadi ga semua paragraf aku full baca. Saking capeknya sama novel ini, aku baca dengan teknik Skimming karena pengen buru-buru cepat tamat! Walaupun pake teknik skimming, aku tetep paham banget isi ceritanya.

Sepanjang baca novel ini rasanya rada-rada kesel juga. Segala aspek di buku ini tuh ga hidup bagiku. Ga ada pengembangan karakter yang bagus. Tokoh utama, Lail. Apa yang terkesan dari dia? Elijah mengatakan ke Lail di akhir bab, kalau kisah hidupnya begitu sedih dan pelik. Tapi sebagai pembaca, aku gabisa bersimpati sedikitpun dengan karakter Lail. Karakternya lemah, gengsian, cemburuan, dan alur kehidupannya cuma bisa ngikutin Maryam. Aku justru ngerasa karakter Maryam jauh lebih baik. Tokoh kedua, Soke Bahtera digambarkan sebagai anak super jenius dan perfect. Tapi sayangnya, penulis ga mengulik lebih dalam tentangnya, jadi cuma jenius tok.

Terus tentang cerita Lail dan Maryam menjadi pahlawan relawan yang berlari sejauh 50km dalam waktu 8 jam demi menyampaikan kabar buruk. Itu kayak berlebihan, ga masuk akal, dan maksa ya untuk ukuran remaja 15 tahun.

Paling greget kesel bagian akhir. Sumpah deh benci bener sama sikap gengsinya Lail yang mau nelpon duluan aja ga jadi terus. Udah gitu karakternya terlalu berspekulasi sampai berpikir negatif bahkan sampai mengambil keputusan gila mau hapus ingatannya cuma karena dia pikir Soke ga mencintai dia. Sumpah dah ini bener-bener keputusan bodoh. Aku awalnya mengira kenapa dia sampai datang ke ahli saraf kayak orang depresi masalahnya apa, mungkin mau menghapus trauma ketika bencana alam eh gataunya permasalahannya ada di mindset dia. Lo pikir hapus ingatan bisa otomatis lupa? Kalaupun otak lupa tapi hati pasti masih mengingatnya. Padahal di satu sisi si Soke sibuk berjuang keras mati-matian ngembangin teknologi biar manusia-manusia bumi bisa selamat bahkan dia rela mengkloning otaknya aja dan tetap di bumi demi Lail.

Hal yang paling bikin aku bertanya-tanya di akhir itu ya, elijah kan selama ini membantu sebagai fasilitator memindai otaknya. Di dalam otak ada ingatan berwarna biru, merah, sama satu lagi apa ya lupa. Pokoknya ada ingatan menyenangkan, netral, sama menyedihkan. Lail awalnya mau menghapus ingatan menyedihkan warna merah. Tapi yang aku tangkap nih sebenarnya tujuan Lail menghapus ingatan sedih itu lebih spesifiknya cuma mau menghapus ingatan tentang Soke aja. Karna dia tuh cuma galau berat dibikin bingung dibikin menunggu udah karena itu doang. Bahkan kesedihan tentang kematian mama papanya aja ga diulang-ulang lagi, segampang itu dia lupa, segampang itu dia lupa trauma bencana alamnya. Intinya dia sedih karna cinta buta.

Terus mau hilangin ingatan warna merah, sedangkan ingatan warna biru pun ada tentang Soke. Otomatis kalau dia akhir dia bener-bener jadi berhasil menghapus ingatan merah. Tapi ingatan biru kan ga keapus, otomatis dia tetap mengingat Soke dong. Ya, tapi pada akhirnya malah diputar balik sama penulis. Malah ga jadi hapus ingatan dong haha.

Ampun deh ni cerita, kalau di dunia nyata mah cewek biasa kayak Lail tuh ga pantes bersanding dengan cowok jenius kayak Soke. Lagipula sepanjang baca novel ini. Tiap kali Lail dan Soke ketemu yang mereka bicarakan juga cuma seputar nanya kabar terus saling nyeritain kehidupan masing-masing. Okelah obrolan mereka cuma seputar itu karena mereka ga punya banyak waktu bersama sibuk masing-masing. Tapi, kebayang ga kan di akhir mereka bersama selamanya. Kalau soke ajak Lail ngobrol topik berat, apakah bisa Lail mengimbanginya? Soke kan super jenius. Jujur ya aku ngerasa tingkatan kecerdasan mereka berdua tuh beda jauh. Entahlah aku ngerasa Soke mencintai dia cuma karena udah lama bersama aja. Menurutku Soke deserve more better, ingat loh Lail bahkan pernah sempat berniat sejahat itu mau lupain Soke. Padahal Soke sebenarnya mencintai Lail.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 30 of 2,391 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.