Jamur berangan

Makanan Khas di Jepang
(Dialihkan dari Shiitake)

Jamur berangan atau jamur hioko (Lentinula edodes) adalah jamur pangan asal Asia Timur yang terkenal di seluruh dunia dengan nama aslinya dalam bahasa Jepang yaitu shitake (椎茸). Jamur shitake secara harafiah berarti jamur dari pohon shii (Castanopsis cuspidata) karena batang pohonnya yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur shitake.

Jamur berangan
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas: Agaricomycetes
Ordo: Agaricales
Famili: Omphalotaceae
Genus: Lentinula
Spesies:
L. edodes
Nama binomial
Lentinula edodes
(Berk.) Pegler
Lentinula edodes
View the Mycomorphbox template that generates the following list
float
Karakteristik mikologi
Himenium berbentuk insang
Tudung cembung
Himenium bebas
Tangkai gundul
Jejak spora berwarna putih hingga kekuning-kuningan
Jenis ekologi saprotrof
Edibilitas: pilihan

Spesies ini dulunya pernah dikenal sebagai Lentinus edodes. Ahli botani Inggris bernama Miles Joseph Berkeley menamakan spesies ini sebagai Agaricus edodes pada tahun 1878.

Jamur hioko banyak dibudidayakan di Tiongkok, Korea dan Jepang dan bisa dijumpai di alam bebas di daerah pegunungan di Asia Tenggara.

Jamur hioko dalam bahasa Tionghoa disebut xiānggū (Hanzi: 香菇, "jamur harum"), sedangkan yang bermutu tinggi dengan payung yang lebih tebal disebut dōnggū (Hanzi: 冬菇, "jamur musim dingin") atau huāgū (花菇, "jamur bunga") karena pada bagian atas permukaan payung terdapat motif retak-retak seperti seperti mekar.

Di Indonesia kadang-kadang dinamakan jamur jengkol,[1] karena bentuk dan aromanya seperti jengkol walaupun bagi sebagian orang rasa jamur ini seperti rasa petai.

Deskripsi

sunting

Jamur shitake tumbuh di permukaan batang kayu yang melapuk dari pohon Castanopsis cuspidata, Castanea crenata (kastanye), dan sejenis pohon ek Quercus acutissima. Batang dari tubuh buah sering melengkung, karena jamur shitake tumbuh ke atas dari permukaan batang kayu yang diberdirikan. Payung terbuka lebar, berwarna coklat tua dengan bulu-bulu halus di bagian atas permukaan payung, sedangkan bagian bawah payung berwarna putih.

Jamur beracun spesies Omphalotus guepiniformis[1] Diarsipkan 2006-10-05 di Wayback Machine. terlihat agak mirip dengan jamur shitake sehingga banyak orang yang tertipu dan keracunan.

Sejarah budidaya

sunting

Jamur shitake juga dikenal dengan nama Jamur hitam China, karena aslinya memang berasal dari daratan Tiongkok dan sudah dibudidayakan sejak 1.000 tahun yang lalu. Sejarah tertulis pertama tentang budidaya jamur shitake ditulis oleh Wu Sang Kuang pada zaman Dinasti Song (960-1127), walaupun jamur ini sudah dimakan orang di daratan Tiongkok sejak tahun 199 Masehi.

Di zaman Dinasti Ming (1368-1644), dokter bernama Wu Juei menulis bahwa jamur shitake bukan hanya bisa digunakan sebagai makanan tetapi juga sebagai obat untuk penyakit saluran napas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan gangguan hati, memulihkan kelelahan dan meningkatkan energi chi. Jamur shitake juga dipercaya dapat mencegah penuaan dini.

Penggunaan dalam masakan

sunting

Jamur shitake segar atau dalam bentuk kering sering digunakan dalam berbagai masakan di banyak negara. Jamur shitake segar biasanya dimakan sebelum payung bagian bawah berubah warna. Batang jamur shitake agak keras dan umumnya tidak digunakan dalam masakan.

Sebagian orang lebih menyukai jamur shitake kering dibandingkan jamur shitake segar karena jamur shitake kering mempunyai aroma yang lebih harum (keras). Jamur shitake kering diproses dengan cara menjemur di bawah sinar matahari dan perlu direndam di dalam air sebelum dimasak. Kaldu dasar masakan Jepang yang disebut dashi didapat dari merendam jamur shitake kering di dalam air.

Di Jepang, jamur shitake merupakan isi sup miso, digoreng sebagai tempura, campuran chawanmushi, udon dan berbagai jenis masakan lain. Jamur shitake juga digoreng hingga garing dan dijual sebagai keripik jamur shitake.

Rusia juga memproduksi jamur shitake dalam jumlah banyak dan dijual sebagai acar dalam kemasan botol.

Referensi

sunting
  • Tsuji, Shizuo (1980). Japanese Cooking: A Simple Art. New York: Kodansha International/USA.
  • Yun Ho Choi, et al. (2005). "Inhibition of Anaphylactic Reaction and Mast Cell Activation by the Methanol Extract of Letinus edodes". Chonbuk National University, Republic of Korea. (unpublished)

Pranala luar

sunting
  1. ^ [2]