Polisi syariah

badan kepolisian yang bertugas untuk menegakkan syariat Islam di negara atau daerah yang mayoritas Muslim

Polisi syariah, polisi moral, atau polisi agama Islam (disebut juga mutawiin) adalah badan kepolisian yang bertanggung jawab menegakkan pelaksanaan hukum syariah di Negara Islam atau beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Polisi syariah Komite Amar Ma'ruf Nahi Munkar Afganistan bentukan rezim Taliban menaiki kendaraan pikup tengah berpatroli di jalanan kota Herat, pada Juli 2001.

Istilah mutawiin (bahasa Arab: المطوعين, translit. muṭawwiʿīn; atau kadang dieja: mutawwain, muttawa, mutawalli, mutawa’ah, mutawi’, mutawwa') secara harfiah berarti "relawan" dalam Bahasa Arab,[1] dan secara lazim digunakan untuk merujuk kepada kelompok yang dibentuk atau diakui negara sebagai polisi agama (atau polisi ulama) khususnya di Arab Saudi. Aslinya merupakan sinonim dari polisi agama Arab Saudi. Istilah singkat resminya adalah هيئة "hay'ah".

Belakangan ini istilah ini menjadi istilah payung atau istilah umum di luar Dunia Arab, untuk merujuk kepada organisasi polisi agama, dengan sedikitnya mendapat pengakuan pemerintah, untuk menegakkan berbagai tafsiran atas hukum Islam (syariah). Konsep ini berasal dari gerakan Wahhabisme di Arab Saudi.[2] Akan tetapi, penggunaan kekuatan polisi agama sangat kuat pada pemerintahan Taliban di Afganistan, untuk menerapkan penafsiran fundamentalis mereka terhadap Islam Deobandi.

Aktivitas per negara

sunting

Arab Saudi

sunting

Mutawiin di Arab Saudi bertugas untuk menegakkan syariah yang digariskan oleh pemerintah, secara khusus oleh Komite Amar Ma'ruf Nahi Munkar Arab Saudi (selanjutnya disingkat KAMNMAS). Amar ma'ruf nahi munkar berarti perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk. Polisi atau mutawiin KAMNMAS terdiri atas "3.500 anggota dan ribuan relawan... sering kali dikawal oleh polisi negara." Mereka memiliki wewenang untuk menangkap laki-laki dan perempuan bukan muhrimnya yang tengah bergaul, siapa saja yang terlibat perilaku homoseksual dan pelacuran; menegakkan aturan berbusana sesuai syariah; dan memerintahkan penutupan toko ketika waktu shalat. Mereka menegakkan hukum pangan Muslim (halal), melarang penjualan dan konsumsi alkohol dan daging babi, serta menyita barang-barang atau produk konsumsi yang dianggap bertentangan dengan Islam (misalnya CD/DVD berbagai grup musik Barat, acara televisi, dan film yang dianggap bertentangan dengan syariah dan ajaran Islam). Tambahan pula, mereka biasanya juga mencegah penyebaran agama lain di Arab Saudi.[3][4]

Emirat Islam Afganistan

sunting
 
Seorang aparat polisi syariah Komite Amar Ma'ruf Nahi Munkar Afganistan tengah memukuli seorang perempuan yang kedapatan membuka burkaknya di depan umum di Kabul pada 2001.

Komite Amar Ma'ruf Nahi Munkar Afganistan pertama kali dibentuk pada 1992 oleh rezim Rabbani, dan kemudian dilanjutkan oleh Emirat Islam Afganistan Taliban ketika mereka merebut kekuasaan pada 1996.[5] Komite ini dibubarkan ketika Taliban dikalahkan, akan tetapi Hakim Agung Mahkamah Agung Afganistan membetuk komite ini kembali pada 2003.[6] Pada 2006 rezim Karzai mengajukan rancangan legislatif untuk pembentukan departemen baru, di bawah Kementerian Haji dan Urusan Agama, dibentuk khusus untuk "menegakkan kebaikan, mencegah kebatilan".[5] Radio Free Europe mengutip bahwa banyak warga Afganistan yang khawatir mendengar dibentuknya polisi agama ini.

Di Iran, Basij bertindak sebagai "polisi moral" di pedesaan dan perkotaan dengan "menegakkan pengenaan hijab; menangkap kaum perempuan yang melanggar aturan berbusana muslim; melarang pergaulan antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya; mengawasi kegiatan penduduk; menyita antena parabola dan materi-materi "cabul" lainnya (VCD/DVD Barat atau yang dianggap pornografi); bertugas sebagai intel yang mengawasi rakyat; bahkan menindas kaum intelektual yang mengkritik kebijakan negara. Relawan Basij juga bertindak sebagai pembatu kepala seksi kepolisian di pengadilan."[7]

Negara Islam Irak dan Syam (ISIS)

sunting

Kelompok militan Negara Islam Irak dan Syam atau ISIS juga membentuk polisi agama di kawasan yang dikuasainya, secara umum disebut Hisbah.[8]

Negara-negara lain

sunting

Polisi agama Islam juga dibentuk di beberapa negara, antara lain:

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Dictionary of Modern Written Arabic by Hans Wehr, edited by J. M. Cowan, 4th edition (1994, ISBN 0-87950-003-4), p. 670.
  2. ^ Rashid, Ahmed (2001). Taliban (edisi ke-1st Pan). London: Pan Books. hlm. 105. ISBN 0-330-49221-7. 
  3. ^ "SAUDI ARABIA Catholic priest arrested and expelled from Riyadh – Asia News". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-23. Diakses tanggal 13 November 2014. 
  4. ^ "BBC NEWS – Middle East – Saudi minister rebukes religious police". Diakses tanggal 13 November 2014. 
  5. ^ a b Golnaz Esfandiari (18 July 2006). "Afghanistan: Proposed Morality Department Recalls Taliban Times". Radio Free Europe. Archived from the original on 2008-10-28. Diakses tanggal 28 October 2008. 
  6. ^ Claudio Franco (7 December 2004). "Despite Karzai election, Afghan conservatives soldier on". Eurasianet. Archived from the original on 2008-08-04. Diakses tanggal 4 August 2008. 
  7. ^ "Iran's Basij Force – The Mainstay Of Domestic Security. January 15, 2009". RadioFreeEurope/RadioLiberty. Diakses tanggal 13 November 2014. 
  8. ^ "Life Under ISIS Religious Police is Brutal and Merciless". August 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-01. Diakses tanggal 2015. 
  9. ^ Packer, George (11 September 2006). "The Moderate Martyr". The New Yorker. Diakses tanggal 29 April 2015. 

Pranala luar

sunting