Louis Constant Westenenk

Louis Constant Westenenk (3 Februari 1872 – 2 Mei 1930) adalah diplomat, linguis, dan pamong praja Belanda.

Infobox orangLouis Constant Westenenk

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran3 Februari 1872 Edit nilai pada Wikidata
Penawangan Edit nilai pada Wikidata
Kematian2 Mei 1930 Edit nilai pada Wikidata (58 tahun)
Wassenaar Edit nilai pada Wikidata
Tempat pemakamanWesterveld (en) Terjemahkan Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! Edit nilai pada Wikidata
Member of the Raad van Indië (en) Terjemahkan
8 Juli 1924 – 26 November 1925
Gubernur Sumatra Utara
2 Februari 1921 – 8 Juli 1924
Resident of Palembang (en) Terjemahkan
12 Maret 1920 – 2 Februari 1921
Resident of Benkoelen (en) Terjemahkan
21 Mei 1915 – 12 Maret 1920 Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpegawai negeri sipil (1892–1925), politikus Edit nilai pada Wikidata

Westenenk adalah putera Jan Constantijn Westenenk, seorang pemilik perkebunan dan Françoise Josephine Emilie Louise Wardenaar. Westenenk besar bersama bibinya di Deventer dan belajar indologi di Delft.

Di Hindia Belanda, Westenenk menjabat gubernur di Pantai Timur Sumatra. Pada tahun 1922, ia menerbitkan studi atas aksara Rencong. Westenenk juga ksatria di Militaire Willems-Orde.

Karier

sunting

Setelah ujian kepegawaian pada tahun 1892, Westenenk ditugaskan di Bandung. Kemudian ia ditugaskan di Westerafdeeling van Borneo (sekarang di Kalimantan Barat).

Pada tahun 1896, Westenenk menangkap hidup-hidup pejuang Raden Paku, sehingga ia dianugerahi Militaire Willems-Orde. Pada tahun 1897, ia diangkat sebagai kontrolir di Pesisir Barat Sumatra.

Pada tahun 1901, Westenenk yang saat itu menjadi kontrolir di Idi, Aceh Timur bertengkar dengan GubJend. Joannes Benedictus van Heutsz akibat pecahnya pemberontakan di sana. Westenenk dimutasi ke Koetaradja (kini Banda Aceh) dan kemudian menjadi kontrolir di Oelèëlheuë. Di sana berdamai kembali karena jasa gubernur dan kontrolir juga.

 
Kunjungan L.C. Westenenk sebagai Controleur Agam ke kompleks Pasar Malam Fort de Kock, 1907

Setelah cuti sejak tahun 1903, pada tahun 1905 Westenenk kembali lagi ke Pantai Barat Sumatra dan belajar bahasa Minangkabau sampai fasih.

Pada tahun 1914, Westenenk yang kebetulan sedang mengambil cuti ke Belanda ditunjuk sebagai salah satu inspektur jenderal di Anatolia dan Armenia, Turki Utsmani. Di luar negeri, laporan pertama tentang penganiayaan dan pembantaian atas bangsa Armenia pada tahun 1894 sudah terdengar dan para pengamat dari negeri-negeri kecil datang setelah sejumlah sudah melihat bagaimana adanya negeri itu. Westenenk khususnya harus banyak bergantung pada informasi dari duta besar Jerman, Austria-Hungaria, dan Amerika Serikat di mana DuBes Jerman banyak memberikan informasi karena banyak memiliki jaringan agen dan konsul di Turki. Misi Westenenk tidak berhasil karena tidak disukai oleh pemerintah Turki Utsmani dan tak lama setelah kedatangannya di Turki, Perang Dunia I meletus.

Pada tahun 1915, ia menjadi residen Benkoelen dan anggota Volksraad (parlemen Hindia Belanda). 5 tahun kemudian, ia diangkat sebagai residen di Palembang, dan setahun kemudian menjadi Gubernur Pesisir Barat Sumatra. Dalam jabatan inilah, di sana ia menerima Louis Couperus. Pada tahun 1924, ia menjadi anggota Dewan Hindia.

Atas alasan kesehatan dan juga dorongan isterinya yang tidak cocok dengan iklim di Hindia Belanda, pada tahun 1929 Westenenk kembali ke Belanda dan di sana menjadi konsultan mahasiswa Fakultas Indologi. Kedudukan ini cocok bagi Westenenk yang mengetahui bahwa para mahasiswa tidak antusias untuk berbagi atas otonomi Hindia Belanda.

Pada bulan April 1930, pemerintah Britania Raya meminta Westenenk ke Yerusalem untuk menyelidiki mengadapi penduduk Yahudi dan Palestina yang hidup miskin dapat hidup bersama, namun sebulan kemudian Westenenk meninggal.

Trivia

sunting

Pada tahun 1917, sebuah kelompok pramuka di Deventer dinamai menurut Westenenk.

Karya Westenenk

sunting
  • Pada tahun 1894, Westenenk menerbitkan artikel tentang cerita rakyat suku Mualang dan Dayak Sekadau.
  • Rèntjong-schrift II: beschreven hoorns in het landschap Krintji, dalam Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde 61, (1922), Batavia, Albrecht en co./'s-Gravenhage, M. Nijhoff
  • Waar mensch en tijger buren zijn, 's-Gravenhage, H.P. Leopold, 1927
  • Bijdragen tot de kennis der folklore van West-Borneo dalam Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap.
  • Tulisan mengenai hukum adat, sejarah kuno dan cerita rakyat Minangkabau
  • Catatan lengkap atas publikasinya dapat ditemukan di [1]

Publikasi tentang Westenenk

sunting
  • Bruno J. Tideman, L.C. Westenenk, een bijzonder ambtenaar van het Binnenlands Bestuur in Nederlands-Indië. Gorssel: B.J. Tideman, 2008.
  • J.L.Heldring dalam NRC Handelsblad: Nederland en de Armeense kwestie. 12 Oktober 2006.
  • A.Melles-de Haas. Skripsi atas Nederlandse diplomaten en dagbladen over de vervolging van de Armeniërs tijdens de Eerste Wereldoorlog. Universitas Terbuka 2001.
  • Biografi di almanak Nederlandse Maatschappij der Letterkunde (1933)