Dinasti Shang
Dinasti Shāng (Hanzi: 商, 1600SM-1046SM) adalah dinasti yang menggantikan Dinasti Xià dalam sejarah Tiongkok. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shāng didirikan oleh pemimpin suku Shāng, Tāng (汤/湯) setelah memusnahkan Dinasti Xià. Dinasti Shāng melewati masa pemerintahan sebanyak 17 generasi dan 31 raja. Dinasti ini berkuasa sekitar 500 tahun sampai akhirnya ditaklukkan oleh Chiu-bú-ông (周武王) pada tahun 1046 SM.
Shang (Yin) 商 (殷) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
ca 1600 SM–ca 1046 SM | |||||||||
Peta ini menggambarkan berbagai masyarakat maju dan bertingkat yang ada selama periode negara Shang. | |||||||||
Ibu kota | Yan (奄) Yin (dekat modern Anyang) Zhaoge | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | China Tua | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Raja | |||||||||
Era Sejarah | Zaman Perunggu | ||||||||
• Didirikan | ca 1600 SM | ||||||||
• Zhou conquest | ca 1046 SM | ||||||||
Luas | |||||||||
1122 BC est.[1] | 1.250.000 km2 (480.000 sq mi) | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Tiongkok | ||||||||
Shang | |||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
"Shang" in oracle bone script (top left), bronze script (top right), seal script (bottom left), and modern regular (bottom right) Chinese characters | |||||||||||||||||||||||||||||
Hanzi: | 商 | ||||||||||||||||||||||||||||
Pinyin: | Shāng | ||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||
nama alternatif | |||||||||||||||||||||||||||||
Hanzi: | 殷代 | ||||||||||||||||||||||||||||
Makna literal: | Yīn era | ||||||||||||||||||||||||||||
|
Sejarah
suntingAkhir dari pemerintahan Dinasti Xià, kekacauan dalam pemerintahan Dinasti Xià sendiri tidak pernah terkendali, ganguan dan serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Jié (桀) juga tidak berusaha mengubah kondisi, bahkan semakin lalim dan kejam, sehingga para bangsawan akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun 1600 SM, pemimpin dari suku Shāng, Tāng bergabung dengan suku bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xià, dan mendirikan Dinasti Shāng. Pada awalnya suku Shāng ber-ibu kota di Bò (亳) (sekarang Shāngqiū, Provinsi Hénán), setelah mengalahkan Dinasti Xià, memindahkan ibu kota ke barat dan tetap disebut dengan nama Bò (sekarang Yǎnshi, Hénán).[butuh rujukan]
Setelah naik takhta, Tāng memerintah dengan bijaksana terhadap rakyatnya, dengan bantuan dari menteri-menteri berbakat seperti Yīyǐn (伊尹) dan Zhòngyuán (仲虺), negara semakin kuat dan makmur. Setelah Tāng meninggal, oleh karena putra sulungnya Dàdīng (大丁) mati muda, maka singgasana diwariskan kepada adik Dàdīng, Wàibǐng (外丙); setelah Wàibǐng meninggal, digantikan oleh adiknya Zhòngrén; dan setelah Zhòngrén meninggal, singgasana diwariskan kembali kepada putra dari Dàdīng, Tàijiǎ (太甲). Tahun ketiga pemerintahan Tàijiǎ, oleh karena memerintah dengan tidak benar dan tidak bermoral, Tàijiǎ diasingkan oleh Yīyǐn ke istana Tónggōng. Setelah tiga tahun tinggal di istana Tónggōng, Tàijiǎ merasa sangat menyesal, sehingga akhirnya Yīyǐn menjemput dan menyerahkan kembali kekuasaan kepadanya.[butuh rujukan]
Pada mulanya, Dinasti Shāng beberapa kali memindahkan ibu kota-nya, sampai terakhir pada masa pemerintahan Pángēng (盤庚), menetapkan ibu kota di Yīn (sekarang Ānyáng, Hénán), sehingga Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn. Setelah Pángēng memindahkan ibu kota ke Yīn, ekonomi masyarakat Dinasti Shāng mengalami perkembangan lebih maju lagi. Sampai kemudian masa pemerintahan Wǔdīng (武丁), Dinasti Shāng melakukan banyak serangan ekpansi, menaklukkan banyak negara kecil disekitarnya, memperluas wilayah teritorialnya, sehingga Dinasti Shāng mencapai puncak kejayaannya.[butuh rujukan]
Setelah Wǔdīng meninggal, Dinasti Shāng mulai mundur dan melemah. Raja terakhir Dinasti Shāng, Dìxīn atau Zhòuwáng (紂王) berhasil memajukan hubungan perekonomian dan kebudayaan dengan membuka hubungan dengan Tiongkok bagian tenggara, perairan Sungai Huáihé dan Chángjiāng; tetapi karena selalu terlibat dalam peperangan dan membangun istana dalam skala besar, yang sangat menguras dan menghabiskan sumber daya manusia maupun kekayaan rakyat, sehingga menimbulkan kekecewaan dalam hati rakyat. Zhōu Wǔwáng (周武王) mengerahkan 300 kereta perang, 3000 pasukan serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung dengan suku Qiāng、Máo、Lú dan sebagainya, serentak menyerang Zhòuwáng, dan berhasil menyerang sampai ibu kota Dinasti Shāng, Cháogē (sekarang Kabupaten Qíxiàn, Kota Hèbì, Hénán).[butuh rujukan]
Pada saat itu pasukan Shāng sedang berperang melawan suku bangsa kecil di timur laut, sehingga terpaksa memakai budak dan prajurit tahanan untuk menghadapi perang di daerah Mùyě 牧野, 70 lǐ 里 (satuan jarak) dari Cháogē. Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shāng Zhòuwáng yang jahat dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan Shāng tiba-tiba memutar arah, menyerang pasukan sendiri. Ternyata pasukan yang membelot adalah budak-budak dan prajurit tahanan yang sudah lama membenci Shāng Zhòuwáng. Pasukan Shāng menjadi kacau dan dengan mudah dihancurkan.[butuh rujukan]
Setelah Pertempuran Mùyě, Shāng Zhòuwáng yang sadar akan kekalahannya, tidak ingin pasukan Zhōu merebut dan memiliki istana dan hartanya, ia memerintahkan bawahannya untuk mengumpulkan semua harta istana, dan membungkus diri dengan kain, berbaring di atas semua barang berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi hidupnya yang penuh dosa. Zhōu Wǔwáng atas dukungan dari berbagai suku bangsa dan negara kecil, mendirikan Dinasti Zhōu, dinasti masyarakat budak ketiga di Tiongkok. Setelah Dinasti Shāng roboh, sisa keluarga penguasa Dinasti Shāng yang selamat secara bersama menganti marga mereka dari Zǐ 子 menjadi nama dinasti mereka yang telah jatuh, Yīn 殷.[butuh rujukan]
Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan sering membantu keperluan administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhōu. Zhōu Chéngwáng melalui mangkubuminya, yang merupakan pamannya sendiri, Zhōu Gōngdàn (周公旦), menganugerahkan kepada saudara Shāng Zhòuwáng, Wéizǐ daerah bekas ibu kota lama Dinasti Shāng dan sekitarnya menjadi negara Sòng. Negara Sòng dan keturunan Dinasti Shāng masih meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shāng yang meninggal dan bertahan sampai tahun 286 SM.[butuh rujukan]
Antara legenda Korea and Tiongkok menyatakan bahwa salah seorang pangeran Dinasti Shāng yang tidak puas, bernama Jīzǐ 箕子 (Kija), menolak menyerahkan kekuasaannya kepada Dinasti Zhōu, memilih meninggalkan Tiongkok dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija Joseon dekat Pyongyang sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan Wiman-Joseon). Meskipun demikian Jīzǐ jarang sekali disebut dalam sejarah, dan ada yang menganggap cerita kepergiannya ke Joseon hanyalah mistik.[butuh rujukan]
Wilayah Kekuasaan
suntingDaerah kekuasaan Dinasti Shāng; timur mencapai lautan, barat mencapai bagian barat provinsi Shǎnxī, timur laut mencapai provinsi Liáoníng, selatan hingga sekitar Jiāngnán (tidak termasuk Provinsi Sìchuān、Yúnnán、Guìzhōu dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan salah satu kerajaan terbesar di dunia pada waktu itu, tetapi daerah pemerintahan utama masih di sekitar Zhōngyuán. Mendirikan ibu kota di Bò (sekarang Kabupaten Cáoxiàn, Shāndōng), dan beberapa kali pindah ibu kota, terakhir Pángēng memindahkan ibu kota ke Yīn (sekarang Desa Xiǎotúncūn, Ānyáng, Hénán), dan oleh karena itu, maka Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn.[butuh rujukan]
Pemerintahan
suntingDinasti Shāng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang lebih sempurna. Pemerintah pusat membentuk dua departemen penting yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen tata hukum negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna memperkuat pemeritahan didaerah, dan masih banyak pejabat dan pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan peralatan perang tetap ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan Xíngfá 刑罰 (hukuman) dan Jiānyù 監獄 (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga menggunakan kepercayaan agama untuk memperkokoh kekuasaan pemerintah, raja Dinasti Shāng bahkan menyebut diri sendiri sebagai wakil dari Tuhan didunia ini, menggabungkan kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan kerajaan.[butuh rujukan]
Kondisi Ekonomi
suntingPertanian Dinasti Shāng sudah lebih maju, sudah bisa menggunakan berbagai jenis tanaman untuk diciptakan menjadi arak, sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan bagus serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat berkembangnya pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal peradaban manusia, dan merupakan kerajaan yang sangat makmur pada waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shāng sangat maju, hubungan dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang dalam bahasa Tionghoa, Shāngrén (pedagang), adalah berasal dari sebutan orang-orang di negara sekitarnya terhadap orang dari Dinasti Shāng. Pertanian adalah bagian paling penting dalam bidang ekonomi, tanah pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha pertenunan juga mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur, selain enam jenis ternak utama, juga berhasil memelihara ternak gajah.[butuh rujukan]
Kebudayaan dan ilmu pengetahuan
suntingPada zaman Dinasti Shāng 商, mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan keramik dan porselin, perdagangan juga sangat pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Jiǎgúwén 甲骨文) membuktikan perkembangan tulisan pada masa Dinasti Shāng sudah mengalami suatu masa perkembangan yang cukup lama. Astrologi dan tata hukum lebih maju dari zaman Dinasti Xià, banyak penemuan baru dari ilmu perbintangan, seperti ditemukannya planet Mars dan planet Venus, selain itu, juga terdapat catatan tertulis tentang ilmu matematika dan medis, serta perkembangan seni musik juga sudah sangat tinggi, muncul banyak alat musik dan seni tari; seperti Diāosù yang merupakan salah satu seni paling terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shāng.[butuh rujukan]
Referensi
sunting- ^ Turchin, Peter; Adams, Jonathan M.; Hall, Thomas D. (December 2006). "East-West Orientation of Historical Empires and Modern States". Journal of World-Systems Research. 12 (2): 219–229. doi:10.5195/JWSR.2006.369. ISSN 1076-156X.