Adnan Kapau Gani
Mayor Jenderal TNI (Tit.) (Purn.) dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani (16 September 1905 – 23 Desember 1968) adalah seorang dokter, politisi, aktor, dan tokoh militer Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II.[1]
Adnan Kapau Gani | |
---|---|
Wakil Perdana Menteri Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 11 November 1947 – 29 Januari 1948 Menjabat bersama Setyadjit Soegondo, R. Syamsudin dan Wondoamiseno | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Amir Sjarifoeddin |
Pendahulu Tidak ada | |
Masa jabatan 3 Juli 1947 – 11 November 1947 Menjabat bersama Setyadjit Soegondo | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Amir Sjarifoeddin |
Menteri Perhubungan Indonesia ke-7 | |
Masa jabatan 19 November 1954 – 24 Juli 1955 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Ali Sastroamidjojo |
Menteri Kemakmuran Indonesia ke-3 | |
Masa jabatan 2 Oktober 1946 – 29 Januari 1948 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Sutan Sjahrir Amir Sjarifoeddin |
Gubernur Sumatera Selatan ke-1 | |
Masa jabatan 1945–1946 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu Tidak ada | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Palembayan, Agam, Hindia Belanda | 16 September 1905
Meninggal | 23 Desember 1968 Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia | (umur 63)
Makam | Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang |
Suami/istri | Masturah Kapau Gani |
Almamater | Geneeskundige Hoogeschool te Batavia |
Profesi | |
Penghargaan sipil | Penganugerahan Pahlawan Nasional Indonesia (2007) |
Karier militer | |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI (Tituler) |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Latar belakang
suntingA.K. Gani lahir di Palembayan, Sumatera Barat, pada tanggal 16 September 1905. Ia terlahir sebagai putra ranah minang. Ayahnya adalah seorang guru di Sekolah Rakyat yang bernama Abdul Gani Sutan Mangkuto dan ibunya bernama Rabayah, namun meninggal tahun 1915 di Sugiwaras. Setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dengan Aminatul Habibi yang berasal dari Sungai Taleh, Palembayan. Ibu sambung inilah yang mengasuh AK. Gani dan keempat saudara kandungnya, yaitu Rohana (kakak wanita) dan adik-adiknya (Anwar, Masri dan Siti Mahyar). Kemudian dari ibu sambungnya, AK. Gani mempunyai delapan saudara[2]. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Adnan meneruskan ke sekolah tinggi kedokteran STOVIA di Jakarta. Sayangnya, sekolah ini pada 1927 ditutup, sehingga Adnan harus melanjutkan sekolah ke AMS (setingkat SMA zaman Belanda) hingga lulus pada 1928. Setahun kemudian, Adnan masuk Sekolah Tinggi Kedokteran GHS (Geneeskundige Hoge School) Jakarta, dan baru lulus pada 1940.
Kehidupan
suntingSejak remaja Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920-an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java dari tahun 1923 sempat memegang jabatan sebagai seketaris pada tahun 1927-1929 ditemani oleh Muhammad Yamin.[2]
Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Pada tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial.
Pada tahun 1941, Gani membintangi sebuah film yang berjudul Asmara Moerni dan berpasangan dengan Djoewariah. Film ini disutradarai Rd. Ariffien dan diproduksi oleh The Union Film Company.[3] Meskipun sebagian kalangan menganggap keterlibatan Gani dalam film telah menodai gerakan kemerdekaan, namun ia menganggap perlu untuk meningkatkan kualitas film lokal. Meski mendapat kritikan, film satu-satunya itu sukses secara komersial.
Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Gani menolak untuk berkolaborasi. Oleh karena itu ia ditangkap pada bulan September 1943 hingga bulan Oktober tahun berikutnya.
Pemerintahan
suntingSetelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan.[4] Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini.
Sejak 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, Gani menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, ia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan.
Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948.
Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatera Selatan hingga ia wafat pada tanggal 23 Desember 1968.
Akhir Hayat
suntingdr. A.K. Gani wafat di Rumah Sakit Charitas Palembang pada 23 Desember 1968 dalam usia 63 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.
Penghargaan
suntingGelar dan Tanda Kehormatan
suntingUntuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Adnan Kapau Gani. Gelar ini diterimanya bersama dengan Slamet Rijadi, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo berdasarkan surat Keputusan Presiden Nomor 066/TK/2007[5]. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Palembang yaitu Rumah Sakit dr. A.K. Gani dan nama ruas jalan beberapa kota di Indonesia. Terdapat juga Museum dr. A.K. Gani yang terletak di Kota Palembang.
Adnan Kapau Gani juga dianugerahi berbagai tanda kehormatan. Tanda kehormatan tersebut di antaranya:[6]
- "Bintang Gerilya" emas 24 karat dan gelar "Pemimpin Gerilya Agung" dari Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Selatan.
- Piagam Penghargaan dari Kepala Staf Angkatan Darat.
- Gelar Kehormatan Veteran "Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia" golongan "A" dengan Masa Bakti 4 tahun 4 bulan, NPV. 6.001.620.
- Piagam penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan 45 dari Ketua Umum Dewan Harian Nasional.
Baris ke-1 | Bintang Mahaputera Adipradana (7 Agustus 1995)[7] | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Gerilya | Satyalancana G.O.M I | Satyalancana G.O.M II |
Galeri
sunting-
dr. A.K. Gani, Amir Syarifuddin, Urip Sumohardjo, dan Mohammad Isa pada acara rapat di Masjid Agung Palembang
-
dr. A.K Gani dan wakil dari Indonesia sedang memeriksa Naskah Perjanjian Linggarjati di Jakarta, pada tanggal 15 November 1946
-
dr. A.K. Gani, Wakil Perdana Menteri Republik Indonesia, saat singgah di Schiphol, berfoto bersama sesama anggota delegasi
-
dr. A.K. Gani saat membintangi film Asmara Moerni
-
dr. A.K. Gani sedang berada di ruang kerja yang sekaligus menjadi tempat praktek kedokterannya
Filmografi
suntingTahun | Judul | Peran | Catatan | Ref. |
---|---|---|---|---|
1941 | Asmara Moerni | dr. Pardi |
Referensi
sunting- ^ Ruben Nalenan, H. Iskandar Gani; Dr. A.K. Gani: Pejuang Berwawasan Sipil dan Militer; 1990
- ^ a b Yusuf, Syarifuddin, Kemas Ari Panji, Rita Nefrida, Dudy Oskandar, and PriyantiGani. Menelusuri Jejak Perjuangan Mayor Jenderal TNI (Purn) Dr. AK.Gani. Palembang: Museum Negeri Sumatera Selatan, 2020.
- ^ Rosihan Anwar, Sejarah Kecil: Petite Histoire Indonesia jilid 3, Kompas, 2009
- ^ suarasumsel.com AK Gani, Dokter yang Pemberani dan Jago Berdiplomasi Diarsipkan 2013-07-31 di Wayback Machine.
- ^ Negara, Kementerian Sekretariat. "Penerima Anugerah Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2007 | Sekretariat Negara". www.setneg.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-12.
- ^ "Adnan Kapau Gani - Ensiklopedia". esi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-03-12.
- ^ "Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003" (PDF). Sekretariat Negara Republik Indonesia. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 2021-01-20.