Abdul Aziz bin Syuaib
Abdul Aziz bin Syuaib bin Umar al-Qurthubi (bahasa Arab: عبد العزيز بن شعيب القرطبي), juga dikenal dengan nama Kouroupas (bahasa Yunani: Κουρουπᾶς) dalam sumber-sumber Bizantium, adalah Emir (penguasa keturunan Arab) terakhir pulau Kreta, yang berkuasa sejak tahun 949 hingga penaklukan Bizantium atas pulau itu pada tahun 961.
Catatan-catatan yang masih ada mengenai sejarah internal dan para penguasa Keamiran Kreta sangat sedikit dan tersebar. Menurut studi George C. Miles dengan bantuan bukti numismatik, ia untuk sementara diidentifikasi sebagai putra amir kedelapan, Syuaib II, yang memerintah antara k. 940-943, yang mana ia sendiri adalah cucu canggah dari penakluk Kreta dan pendiri Keamiran Kreta, Abu Hafs Umar. Awal pemerintahannya diperkirakan sejak 949, sebagai penerus dari pamannya, Ali.[1][2] Oleh para penulis sejarah Bizantium, ia terutama disebut dengan nama "Kouroupas", yang kelihatannya diserap dari nama nisbah bahasa Arab Al-Qurtubi, artinya "dari Kordoba", yaitu asal dari keluarga tersebut sebelumnya.[3]
Pada abad ke-14, sejarawan Mesir Al-Nuwayri melaporan bahwa kaisar Bizantium Romanos II mengirimkan tiga utusan ke pulau itu untuk mengusahakan terjadinya perjanjian damai dengan imbalan tahunan sejumlah uang kepada Abdul Aziz, sebagai siasat untuk menyembunyikan persiapan yang sedang dilangsungkan untuk menaklukan kembali pulau itu. Laporan ini dianggap oleh sebagian besar peneliti mutakhir sebagai hanya legenda belaka.[3] Dengan mengepalai sejumlah besar armada dan tentara, Nikephoros Phokas berlayar pada bulan Juni atau Juli tahun 960, kemudian mendarat di pulau itu dan mengalahkan perlawanan awal dari pihak Muslim. Selanjutnya berlangsung pengepungan panjang atas ibu kota keamiran di Chandax, yang berlangsung melewati musim dingin hingga masuk tahun 961. Kota itu akhirnya diserbu pada 6 Maret 961.[2] Pada saat itu, Abdul Aziz digambarkan oleh Theodosios Diakon sebagai seseorang yang bertubuh kecil, bermuka pucat, botak, dan sedang sakit parah, tapi merupakan orator fasih dan memikat.[3] Dengan sia-sia, sang amir berusaha meminta bantuan kepada Kekhalifahan Fatimiyah di Ifriqiya dan Keamiran Kordoba di Spanyol; para penguasa Muslim tersebut mengirimkan utusan kepadanya, tapi karena terkesan dengan kekuatan Bizantium, mereka tidak turun tangan melakukan intervensi.[3]
Setelah Chandax berhasil direbut, Abdul Aziz dibawa sebagai tawanan bersama keluarganya ke Konstantinopel, di mana mereka diarak dalam posesi kemenangan Nikephoros Phokas. Mereka kemudian diberikan hadiah-hadiah mahal dan sebuah lahan untuk tempat tinggal oleh Romanos II, dan sumber-sumber Bizantium melaporkan bahwa kaisar mempertimbangkan untuk mengangkat Abdul Azis sebagai seorang senator, tetapi Abdul Aziz menolak untuk masuk agama Kristen.[4] Namun, salah seorang anaknya Al-Nu'man, yang disebut Anemas dalam bahasa Yunani, bersedia melakukannya dan mengemban tugas untuk pihak Bizantium hingga akhirnya ia terbunuh dalam peristiwa Pengepungan Dorostolon pada tahun 971.[5] Beberapa peneliti modern menganggap bahwa mungkin saja keluarga aristokrat Anemas dari masa Bizantium akhir merupakan para keturunannya.[6]
Lihat pula
suntingReferensi
suntingSumber
sunting- Canard, M. (1986). "Iḳrīṭis̲h̲". The Encyclopedia of Islam, New Edition, Volume III: H–Iram. Leiden and New York: BRILL. hlm. 1082–1086. ISBN 90-04-08118-6.
- Kazhdan, Alexander, ed. (1991). The Oxford Dictionary of Byzantium. New York and Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-504652-6.
- Lilie, Ralph-Johannes; Ludwig, Claudia; Zielke, Beate; Pratsch, Thomas, ed. (2013). Prosopographie der mittelbyzantinischen Zeit Online. Berlin-Brandenburgische Akademie der Wissenschaften. Nach Vorarbeiten F. Winkelmanns erstellt (dalam bahasa German). De Gruyter.
- Miles, George C. (1964). Byzantium and the Arabs: Relations in Crete and the Aegean Area. Dumbarton Oaks Papers. 18. hlm. 1–32. doi:10.2307/1291204. JSTOR 1291204.